Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Kamis, 15 Oktober 2020 | 07:49 WIB
Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin. (Suara.com/Dwi Bowo Raharjo)

Ketika itu rakyat memutuskan untuk memenggal Raja Louis ke 14.

Itulah kemudian awal lahirnya, di mana demokrasi milik orang-orang yang berada di luar Istana.

“Bahwa kepala raja tak sakral, makanya dikenal liberte, lalu persaudaraan, dan kesetaraan. Nah, Ngabalin enggak pernah belajar sejarah,” kata dia.

Rocky menyebut apa yang diungkapkan Ngabalin terhadap para pendemo sebagai sampah demokrasi adalah bentuk penghinaan.

Baca Juga: Keras! Rocky Gerung Sebut Ngabalin Badut: Dia Menghina Otaknya Sendiri

Ali Ngabalin (Foto:Ist)

Sebab, para pendemo yang turun ke jalan tengah berjuang menuntut keadilan.

Dan itu sah di mata undang-undang. Apalagi belakangan rakyat marah lantaran Pemerintah yang dipilihnya justru seolah bersekongkol dengan DPR untuk membatalkan harapan hidup mereka melalui UU Omnibus Law Cipta Kerja.

“Nah ini dari dalam pagar, seorang di dalam pagar malah menghina jutaan orang, apa nggak dungu? Nggak ada yang mau timpukin Ngabalin, karena dia sudah dungu,” papar Rocky.

“Dia enggak usah diomelin, dia diketawain saja. Cara terhormat menghargai badut adalah menertawakannya,” kata Rocky.

Baca Juga: Sebut Sampah Demokrasi, Ngabalin Dihajar Ramai-ramai: Kacang Lupa Kulit

Load More