Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Sabtu, 26 Juni 2021 | 11:15 WIB
Muwardi, supir ambulans jenazah COVID-19 di sela-sela waktu istirahat usai mengantarkan jenazah ke TPU Jombang, Ciputat, Kota Tangsel. [SuaraJakarta.id/Wivy]

SuaraJakarta.id - Usianya sudah hampir setengah abad. Namun Muwardi tetap semangat bekerja sebagai garda terakhir penanganan COVID-19 di Kota Tangerang Selatan (Tangsel).

Sudah empat tahun Mawardi bekerja sebagai sopir ambulans. Tak terhitung sudah jenazah COVID-19 yang dia jemput dan antar hingga ke liang lahat sejak pandemi mewabah pada 2020 silam.

Muwardi menyebut tak ada suka menjadi sopir ambulans jenazah COVID-19. Yang ada hanya kedukaan.

Empati itu dia rasakan karena melihat keluarga korban COVID-19 yang terpaksa tidak bisa ikut dalam pemakaman sanak keluarga yang meninggal akibat COVID-19.

Baca Juga: Kehabisan Stok, 3 Jenazah COVID-19 di TPU Jombang Tangsel Dimakamkan Tanpa Peti

"Enggak ada sukanya, duka semua. Kasian lah sama jenazah dan keluarganya,” ujar Muwardi mulai bercerita, saat ditemui di TPU Jombang, Ciputat, Tangsel.

“Kadang nggak ada keluarga yang ikut serta dan tahu kalau salah satu keluarganya sudah meninggal, karena sedang isolasi mandiri. Jangan sampai kita ngalamin," sambugnya.

Tak dapat dipungkiri, sebagai sopir ambulans khusus jenazah COVID-19, Muwardi punya ketakutan akan tertular.

Ketakutan itu turut mengular ke keluarganya yang sempat merasa panik setelah tahu Mawardi jadi bagian dari sopir ambulans jenazah Covid-19 dari berbagai rumah sakit, Puskesmas dan klinik.

Untuk memastikan tak membawa virus ke rumah, Mawardi harus rela menahan diri untuk pulang ke rumah dengan menunggu terlebih dahulu satu-dua jam di kantornya.

Baca Juga: 4 Pengguna Jalan yang Boleh Melintas Saat Pemberlakuan Penyekatan di Tangsel

Keputusan itu dibuatnya untuk memastikan keamanan dan keselamatan keluarganya dari kemungkinan terpapar COVID-19.

"Awalnya panik. Sampai mandi aja di luar, pakai bak mandi di luar. Kasian anak-anak di rumah kalau sampai bawa virus ke rumah. Jadi selesai antar jenazah ke makam, ke kantor dulu, satu-dua jam mastiin steril," bebernya.

Pada Juni 2021 ini, bapak berusia 48 tahun ini merasa kewalahan lantaran lonjakan pasien COVID-19 yang meninggal.

Dalam sehari, Muwardi jemput-antar jenazah COVID-19 hingga lima jenazah. Bahkan ia melakukannya hingga larut malam.

"Kewalahan sih tenaganya, kemaren sampai jam 12 malam. Kita ambil jenazah dari pagi sampai malam. Jemput jenazahnya sekitar Jakarta-Serang yang KTP Tangsel," ungkap Muwardi.

Dengan memakai alat pelindung diri (APD), mulai dari penutup kepala, masker, baju hazmat dan sepatu boots, Muwardi harus fokus mengendarai ambulans dengan kecepatan tinggi.

"Intinya harus fokus. Karena di jalan macam-macam, ada pengendara yang ngerti langsung membuka jalan, ada juga yang menutup jalan mendadak. Kalau enggak fokus, bahaya," paparnya.

Kontributor : Wivy Hikmatullah

Load More