SuaraJakarta.id - Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman menekankan, masa puncak Omicron di Indonesia akan ditentukan dari salah satu daerah yang menjadi penyumbang kasus positif Covid-19 terbanyak.
"Kalau bicara prediksi puncak Omicron secara nasional, itu akan ditentukan oleh masa puncak dari suatu wilayah atau daerah yang berkontribusi paling banyak dalam temuan kasus," kata Dicky, dikutip dari Antara, Rabu (16/2/2022).
Dicky memprediksi bila puncak kasus akan terjadi pada akhir bulan Februari atau awal bulan Maret 2022. Namun demikian, untuk menentukan puncak kasus Omicron di Indonesia tidaklah mudah.
Bila berbicara dalam konteks Indonesia, masa puncak dari kasus Covid-19 di setiap daerah, dapat terjadi secara berbeda-beda.
Kabupaten atau kota yang berada dalam satu provinsi pun, bisa jadi memiliki perbedaan kasus pada saat yang bersamaan.
Akibatnya, puncak kasus Covid-19 nasional memiliki kecenderungan mengikuti sebuah daerah yang paling berkontribusi dalam menyumbang kasus positif terbanyak.
Salah satu penyebabnya adalah jumlah populasi penduduk yang besar seperti pada DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Selain besarnya populasi, Dicky menekankan jika gelombang Covid-19 seiring waktu akan semakin mengecil karena terbangunnya imunitas yang baik dalam masyarakat.
Namun, gelombang itu akan bergerak ke daerah yang memiliki belum memiliki cakupan vaksinasi tinggi.
Baca Juga: Epidemiolog Sebut Ada Kekacauan Data Covid-19, Kemenkes Ungkap Penyebabnya
"Artinya semua daerah harus mengejar cakupan vaksinasi supaya gelombang-gelombang ini makin kecil dan mengecil," kata dia.
Walaupun perbedaan kasus di setiap daerah tidak jauh berbeda, hal tersebut tetap akan dipengaruhi respons pemerintah dalam menggencarkan mitigasi baik melalui pelacakan kasus, akselerasi vaksinasi dan peningkatan literasi risiko dalam masyarakat agar lonjakan kasus sekaligus terjadinya kematian akibat COVID-19 tidak terjadi.
"Tingkat kematangan kurva atau gelombang di masing-masing daerah akan berbeda. Memastikan puncak lewat itu, tidak bisa serta merta satu hari atau dua hari langsung. Biasanya butuh satu minggu untuk memastikannya dan ini yang harus kita sadari," tegas Dicky.
Selain memperhatikan cakupan vaksinasi daerah dengan imunitas yang rendah, pemerintah juga harus mempersiapkan fasilitas kesehatan di setiap daerah secara merata agar tenaga kesehatan tidak terbebani akibat banyaknya hunian rumah sakit ataupun kematian yang meningkat.
Dicky juga mengatakan seluruh pihak harus saling bahu-membahu. Karena Covid-19 memiliki dampak baik dalam jangka menengah maupun jangka panjang.
Sebab, sifat abai dan meremehkan berpotensi akan memunculkan varian baru yang lebih hebat dari Omicron dan Delta ataupun long Covid.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terpopuler: Geger Data Australia Soal Pendidikan Gibran hingga Lowongan Kerja Freeport
- 5 Fakta SUV Baru Mitsubishi: Xforce Versi Futuristik, Tenaga di Atas Pajero Sport
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Mahasiswi IPB Jadi Korban Pengeroyokan Brutal Sekuriti PT TPL, Jaket Almamater Hangus Dibakar
- Diundang Dolce & Gabbana, Penampilan Anggun Mayang Banjir Pujian: Netizen Bandingkan dengan Fuji
Pilihan
-
Jor-joran Bangun Jalan Tol, Buat Operator Buntung: Pendapatan Seret, Pemeliharaan Terancam
-
Kerugian Garuda Indonesia Terbang Tinggi, Bengkak Rp2,42 Triliun
-
Petaka Arsenal! Noni Madueke Absen Dua Bulan Akibat Cedera Lutut
-
Ngamuk dan Aniaya Pemotor, Ini Rekam Jejak Bek PSM Makassar Victor Luiz
-
Menkeu Bakal Temui Pengusaha Rokok Bahas Cukai, Saham-saham 'Tembakau' Terbang
Terkini
-
Coretax Masih Bermasalah? DPR Minta Pemerintah Prioritaskan Kemudahan Bayar Pajak
-
Festival Jazz Tertua di Asia Tenggara Kembali Guncang Jakarta 2025
-
Jakarta Siaga Rabies: 13.500 Hewan Sudah Disteril, Kucing Jadi Prioritas!
-
DANA Kaget 24 September 2025: Rebutan Saldo Gratis Langsung Cair
-
Terungkap Video Wahyudin Moridu Disebar Diduga Karena Hugel Minta Dinikahi