SuaraJakarta.id - Pemerintah diminta tidak terburu-buru dalam mengbah status pandemi Covid-19 menjadi endemi. Sebaiknya menunggu cakupan vaksinasi di Indonesia mencapai 100 persen.
"Karena kita tidak bisa lagi bilang (vaksinasi) cuma 70 persen sesuai target. Kalau mau ke arah sana ya harus semua divaksinasi," kata Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Bayu Satria Wiratama, Rabu (9/3/2022).
Menurut Bayu, dengan vaksinasi mencapai 100 persen, imunitas masyarakat termasuk kelompok rentan dan lansia telah terbentuk dengan level yang sama. Sehingga apabila terinfeksi Covid-19 tingkat keparahannya ringan.
Selain vaksin dosis satu dan dua mencapai 100 persen, ia juga berharap cakupan vaksinasi booster setidaknya mencapai 50 persen.
Baca Juga: Kapan Pandemi Berubah Jadi Endemi? Satgas COVID-19: Otoritas Milik WHO
"Karena nanti misalnya muncul varian-varian baru mungkin selain Omicron harapannya imunitas sudah terbentuk," kata dia.
Pembentukan imunitas penduduk, menurut dia, menjadi kunci untuk menuju fase endemi.
Salah satu indikator vaksinasi mampu meningkatkan imunitas, menurut dia, bisa dilihat dari tingkat keparahan dan kasus meninggal dunia yang menurun.
"Seperti masa Omicron sekarang jumlah kematian tidak sebanyak dulu dan harapannya bisa lebih turun lagi," kata dia.
Peralihan dari pandemi ke endemi, menurut Bayu, layaknya influenza. Virus dan penderitanya masih ada akan tetapi tidak sampai memunculkan keparahan yang berat.
Perubahan pandemi influenza ke endemi membutuhkan waktu yang lama hingga belasan tahun karena belum ada vaksin seperti saat ini sehingga pembentukan imunitas hanya menunggu infeksi alami.
"Flu tidak hilang tapi lama-lama flunya menjadi ringan sehingga sudah tidak menimbulkan kematian lagi. Dulu prosesnya sampai belasan tahun," ujar dia.
Setelah menjadi endemi Covid-19, menurut dia, memakai masker memungkinkan tidak diwajibkan lagi.
"Nanti di tempat publik tidak lagi harus pakai masker, jadi hanya disarankan pakai masker kalau sakit," kata dia.
Berita Terkait
-
Anies Baswedan Pamer Cerita saat Kuliah di UGM Bareng Pramono Anung, Warganet: Jokowi Mana Punya
-
Sebut WHO Siapkan Pandemi Baru Pakai Senjata Biologis, Epidemiolog UI Skakmat Dharma Pongrekun: Gak Pantas jadi Cagub!
-
Sebut WHO Rancang Pandemi Baru, Epidemiolog UI Tepis Ucapan Dharma Pongrekun: Itu Omong Kosong
-
Mahasiswa Bisnis Perjalanan Wisata UGM Gelar Olimpiade Pariwisata #13 Tingkat Nasional
-
Resmi! Basuki Terpilih Jadi Ketum Kagama Gantikan Ganjar Pranowo
Terpopuler
- Agus dan Teh Novi Segera Damai, Duit Donasi Fokus Pengobatan dan Sisanya Diserahkan Sepenuhnya
- Bukti Perselingkuhan Paula Verhoeven Diduga Tidak Sah, Baim Wong Disebut Cari-Cari Kesalahan Gegara Mau Ganti Istri
- Bak Terciprat Kekayaan, Konten Adik Irish Bella Review Mobil Hummer Haldy Sabri Dicibir: Lah Ikut Flexing
- Bau Badan Rayyanza Sepulang Sekolah Jadi Perbincangan, Dicurigai Beraroma Telur
- Beda Kado Fuji dan Aaliyah Massaid buat Ultah Azura, Reaksi Atta Halilintar Tuai Sorotan
Pilihan
-
7 Rekomendasi HP 5G Rp 4 Jutaan Terbaik November 2024, Memori Lega Performa Handal
-
Disdikbud Samarinda Siap Beradaptasi dengan Kebijakan Zonasi PPDB 2025
-
Yusharto: Pemindahan IKN Jawab Ketimpangan dan Tingkatkan Keamanan Wilayah
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Chipset Snapdragon, Terbaik November 2024
-
Kembali Bertugas, Basri-Najirah Diminta Profesional Jelang Pilkada Bontang
Terkini
-
Mas Dhito Minta Foto Pjs Bupati Heru Dipajang di Pendopo Panjalu Jayati
-
Mas Dhito Minta Tim Relawan Paslon 02 Segera Lakukan Pembersihan APK
-
Pasca Serah Terima Jabatan dari Pjs Bupati, Mas Dhito Aktif Kembali Menjabat Bupati Kediri
-
Wanita 45 Tahun Aniaya Ibu Kandung di Palmerah, Diduga Gangguan Jiwa
-
Apakah Samsung S23 FE Memiliki Zoom 100x? Ini Dia Penjelasan Lengkap dengan Keunggulan Kamera yang Dimilikinya