Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Selasa, 19 April 2022 | 14:35 WIB
Salah satu manusia gerobak di Kota Tangerang Selatan (Tangsel). [Suara.com/Wivy Hikmatullah]

SuaraJakarta.id - Manusia gerobak di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) semakin marak. Mereka menghiasi setiap pedestrian jalan di sejumlah titik jalan yang ramai.

Seperti di Jalan Cendekia Ciater dekat kantor Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan dekat dengan Taman Kota 2, tampak sejumlah manusia gerobak menghiasi sisi jalan.

Kebanyakan dari mereka adalah keluarga. Sang suami bertugas keliling mencari rongsokan, sementara sang istri duduk di sisi jalan bersama anaknya yang masih balita.

Itu dilakukan, agar sang istri pemulung yang memarkirkan gerobaknya membuat iba para pengendara yang melintas, lalu membagikan makanan atau sembako hingga uang puluhan ribu.

Baca Juga: Menilik Produksi Al Quran Braile di Tangsel, Jadi Lentera Menerangi Tunanetra di 3 Benua

Tak banyak yang tahu, hasil harian manusia gerobak itu ternyata dapat setara bahkan melebihi penghasilan UMR karyawan.

Nina Marlina (50), salah satu pemulung gerobak yang ditemui SuaraJakarta.id mengatakan, dalam sehari dirinya mendapat uang hingga Rp 200 ribu.

"Kalau dikumpulin setiap harinya setiap bulan bisa lebih dari UMR," katanya kepada SuaraJakarta.id sambil menggendong anaknya yang berusia 4 tahun.

Sebelum memulung, Nina pernah melakoni pekerjaan lain. Mulai dari asisten rumah tangga (ART) hingga berdagang.

"Kalau dagang butuh modal, kalau mulung tanpa modal kita bisa dapat uang," ungkap ibu dua anak yang mengaku dari Karawang itu.

Baca Juga: Kucing-kucingan Buka Saat Ramadhan, 4 Tempat Hiburan Malam di Tangsel Digerebek

Selama Ramadhan, dia dan dua anaknya yang masih balita stand by di pedestrian dekat Kantor Dinas Kesehatan Tangsel.

Pasalnya, menjelang buka puasa akan ada orang dermawan yang membagikan makanan hingga sembako.

"Sepanjang jalan ini semua pemulungnya orang Karawang, jadi dari satu lingkungan tempat tinggal di kampung pemulung, kita nongkrong di sini," paparnya.

Salah satu manusia gerobak di Kota Tangerang Selatan (Tangsel). [Suara.com/Wivy Hikmatullah]

Senada diungkapkan oleh pemulung lainnya yang mengaku bernama Miranda (32). Setiap hari dia mangkal di jalur pedestrian itu bersama anaknya Adul (5). Sementara sang suami berkeliling mencari rongsokan.

"Ngerongsok lebih gampang enggak perlu modal. Paling banyak Rp 200 ribu, kadang Rp 150 ribu. Nggak tentu," katanya sambil tertawa saat penghasilannya disamakan dengan UMR karyawan di Tangsel yang mencapai Rp 4 juta lebih selama sebulan.

Dia mengaku, sengaja membawa anaknya untuk ikut mangkal di pinggir jalan lantaran tak ada orang yang menjaga di tempat mereka tinggal.

"Sudah dari dulu ngerongsok, dari sebelum nikah. Anak dibawa karena nggak ada yang jagain," ungkapnya.

Meski mengaku sudah cukup lama menjadi pemulung bergerobak, dia mengaku, tak pernah sekalipun tertangkap razia saat mangkal di pinggir jalan.

"Kagak pernah ditangkap Satpol PP saya mah bawa gerobak nggak pernah (dirazia)," pungkasnya.

Kontributor : Wivy Hikmatullah

Load More