Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno | Faqih Fathurrahman
Kamis, 18 Agustus 2022 | 14:51 WIB
Petugas gabungan saat mencopot terali besi yang terpasang di ruko kawasan Tambora, buntut kebakaran maut yang menewaskan enam penghuni kos. (Suara.com/Faqih Fathurrahman)

SuaraJakarta.id - Kebakaran yang menyebabkan enam orang tewas di rumah kos Kawasan Tambora, Jakarta Barat (Jakbar) masih menyisakan persoalan. Lantaran, penghuni yang berada di lantai atas rumah kos tersebut tidak bisa menyelamatkan diri karena adanya teralis besi di jendela.

Menurut warga kawasan tersebut, pemasangan teralis atau jeruji besi di jendela sudah menjadi tradisi di tiap bangunan wilayah Tambora sejak 1980-an.

Warga Jalan Duri Selatan 1 Tambora, Ince mengemukakan, pemasangan teralsi sudah seperti tradisi. Sejak tinggal di kawasan tersebut pada 1986 silam, Ince mengakui sudah banyak

Ince (65) yang merupakan warga Jalan Duri Selatan 1, atau tetangga kostan yang terbakar mengatakan, sejak tinggal disana dari tahun 1986. Kala itu, tetangganya sudah banyak yang masang teralis.

Baca Juga: Kebakaran Maut Telan 6 Nyawa, Pemkot Jakbar Copot Paksa Terali Besi Rumah Warga Tambora: Bikin Rumah Seperti Penjara

“Beberapa bulan setelah tinggal, nah saat itu tetangga-tetangga pada mau masang teralis. Saya ya ikut pasang. Jadi bareng-bareng,” kata pemilik rumah yang terletak tak jauh dari lokasi kebakaran di Tambora, Kamis (18/8/2022).

Dari penelusuran Suara dari banyak sumber, disebut jika pemasangan teralis tersebut semakin merebak saat tahun 1998, ketika banyak kerusuhan yang menyasar warga Tionghoa. Ince sendiri menyebut pada tahun 1998 saat krisis moneter ia dan keluarga selamat dari kerusuhan berkat teralis.

“Rumah selamat karena ini (teralis). Tapi saat itu, kami tambahin jaring besi di belakang terali, soalnya kalau kaca dipecahin, pecahannya itu masuk ke dalam, nah jaring untuk menghalau pecahan,” cerita Ince mengenang era reformasi.

Ince sendiri mengaku, sempat was-was lantaran banyak korban kebakaran yang tewas akibat terjebak api akibat adanya teralis besi. Untuk itu ia sengaja tidak mengunci pintu teralis bagian atas rumah.

"Nah kami takut juga, mana sudah lansia. Jadinya teralis di atas itu enggak digembok sebenarnya, bisa dibuka, khawatir terjadi musibah kayak gini. Kalau yang lain kayaknya digembok," ucapnya.

Baca Juga: 6 Orang Tewas Dalam Kebakaran Ruko Indekos di Tambora, Puslabfor Turun Tangan

Ince sendiri tidak keberatan jika teralis yang menutupi jendela rumahnya dibongkar oleh petugas. Apalagi, jika dinilai untuk keselamatan diri. Namun, ia meminta agar keamanan wilayah tersebut ditingkatkan untuk mencegah terjadinya pencurian.

“Sebenarnya agak khawatir juga teralis dibongkar sekarang, tapi kami mau dibongkar demi kebaikan juga. Tpi kamu sudah meminta agar keamanannya ditingkatkan, karena dulu waktu diteralis aja kami pernah kerampokan,” katanya.

Sebelumnya, Camat Tambora Bambang Sutarna menyebut, korban yang tewas terbakar lantaran tidak mampu mengevakuasi diri saat terjadi kebakaran akibat jendela ruko yang disulap menjadi indekost tersebut dilapisi teralis.

“Ada yang meninggal karena rata-rata rumah yg dihuni itu semua ditutupi dengan terali besi. Nah ini sulit untuk penghuni menyelamatkan diri,” kata Bambang, di Tambora, Jakarta Barat, Kamis (18/8/2022).

Ia mengatakan, jika peristiwa tersebut bukan kali pertama terjadi di Tambora. Terhitung, telah tiga peristiwa yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang akibat hal serupa.

“Karena kejadian sudah ketiga kali memakan korban. Waktu itu ada di kelurahan Pekojan, di Tambora satu rumah lima meninggal. Yang kemarin ini satu rumah juga, yang meninggal enam,” ungkapnya.

Lantaran saat ini pihaknya menertibkan rumah sekitaran Tambora yang menggunakan terali besi dilantai atas.

"Maka akhirnya atas instruksi yg disampaikan kepada kami kepada pimpinan bahwa harus segera dilakukan penertiban terkait pemasangan teralis," katanya.

Load More