Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Jum'at, 19 Agustus 2022 | 17:31 WIB
Suasana SMPN 52 Jakarta, Jumat (19/8/2022). [ANTARA/Yogi Rachman]

SuaraJakarta.id - Seorang siswa SMPN 52 Jakarta Timur dilaporkan jatuh dari lantai tiga gedung sekolah pada 2 Agustus 2022 lalu. Akibatnya, korban mengalami luka pada bagian kepala.

Kepala Sekolah SMPN 52 Jakarta, Ita Nurwati mengatakan korban yang bernisial MR (14) merupakan anak berkebutuhan khusus tunawicara dan tunarungu.

Ita menambahkan, MR yang duduk di kelas delapan mengalami luka pada bagian kepala hingga harus menjalani operasi dan kini sedang menjalani rawat jalan.

"Pas jam istirahat kedua, si MR ini jatuh di lapangan dari lantai tiga. Kemudian, langsung digotong siswa kelas sembilan, dibawa ke UKS, saya lihat. Kemudian dibawa ke RS Persahabatan," kata Ita, Jumat (19/8/2022).

Baca Juga: Bantah Guru Paksa Siswi Muslimah Pakai Jilbab, Kepala SMPN 46 Jakarta Ungkap Kronologinya

"Posisi dia jatuh membelakangi dinding, menghadap kelas. Jatuh dalam posisi miring, tetapi fisiknya tidak ada pendarahan," Ita menambahkan.

Ita mengungkapkan, berdasarkan keterangan teman sekelasnya yang berada di lokasi saat kejadian bahwa MR lompat dari lantai tiga saat kondisi sekitar sedang sepi.

Namun, hingga kini pihaknya belum mengetahui pasti penyebab MR melompat dari lantai tiga sekolah.

Ditanya apakah ada perundungan sehingga MR melakukan hal itu, Ita menjawab tidak ada.

Ia menyebut, pihaknya juga menemukan sebuah kertas berisi gambar yang dibuat oleh MR sebelum melompat dari lantai tiga.

Baca Juga: Predator Seksual di SMPN 6 Kota Bekasi Punya Istri dan Anak Ditetapkan sebagai Tersangka, KPAD: Korban Lega

Kertas yang berisi pesan gambar itu dikirim oleh MR ke sejumlah nama.

"Ternyata sudah tiga kali mengirim pesan gambar ke mamanya. Ternyata bukan ke mamanya aja ya, ke temannya juga. Terus kami kumpulkan anak-anaknya, guru BK. MR sebelum jatuh nitip HP," kata Ita.

Akibat peristiwa itu, Ita mengatakan ke depan pihaknya akan mengambil langkah antisipasi agar kejadian serupa tidak terulang, seperti membuat terali pembatas hingga menempatkan ruang kelas MR di lantai satu.

"Sejak kejadian itu kami melakukan upaya-upaya sekarang saat istirahat, anak-anak tidak ada yang di lantai tiga atau dua. Semua turun ke lantai satu. Kami juga menambahkan titik CCTV," ujar Ita. [Antara]

Load More