SuaraJakarta.id - Migrasi televisi analog ke televisi digital rupanya belum bisa dinikmati oleh masyarakat luas. Mahalnya harga set top box (STB) sebagai perangkat televisi digital menjadi faktor utama masyarakat belum bisa menikmati siaran digital.
Buntut dari hal itu, warga di Jalan Tekukur Dalam, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan harus berkumpul di pos keamanan lingkungan (Kamling) untuk bisa menonton televisi. Warga dalam hal ini harus mengumpulkan uang untuk membeli satu unit STB.
Pantauan Suara.com pada Jumat (18/11/2022), beberapa warga silih berganti berdatangan ke pos kamling. Mulai dari bapak-bapak, ibu-ibu, hingga anak-anak terkadang singgah sejenak untuk menikmati siaran televisi yang disediakan di pos tersebut.
Bambang (46), warga RT 09 RW 02 mengaku, pos kamling tersebut sudah ramai sehari setelah pemerintah mematikan siaran televisi analog. Hal itu terjadi lantaran banyak warga yang tak sanggup untuk membeli STB.
Baca Juga: Cara Mencari Channel di TV Digital Bagi Pengguna Set Top Box Baru
"Dari semenjak peralihan aja itu, sudah mulai ramai, tadinya TV memang buat hiburan warga sebelum terjadi pemutusan ke digital itu. Semenjak mesti ada alat, jadi warga ngumpul saja di sini, malah makin ramai," ucap Bambang saat dijumpai di lokasi.
Bambang mengatakan, STB yang terpasang di televisi yang berada di pos dibeli secara swadaya. Setelah terpasang dan bisa menangkap siaran televisi digital, pos tersebut menjadi ruang berkumpul warga dari berbagai macam usia.
"Itu dibeli pas peralihan saja begitu ada isu, anak muda di sini aktif ngumpulin dana dibeliin TV dan alat-alatnya, lumayan mahal lah bagi saya ya. Semenjak peralihan Pos Kamling di sini jadi tempat berkumpul mulai dari anak kecil sampai orangtuanya ngumpul di sini," ucap Bambang.
Senada dengan Bambang, warga bernama Teti Herawati merasa kesulitan atas peralihan analog ke TV digital. Menurut dia, harga STB yang mahal menjadi faktor utama yang membuat Teti harus datang ke pos setiap saat apabila hendak mencari hiburan.
"Saya susah deh, sudah nggak pernah nonton TV di rumah lagi. Saya nontonnya di luar, di sini nih Pos Kamling, kadang di rumah saya saking mau nonton sinetron. TV saya semut semua," ucap Teti.
Baca Juga: STB Makin Nyekek Rakyat Kecil, Emak-emak Terpaksa Nobar Sinetron di Poskamling
Teti juga mengaku masih menonton siaran televisi pada saat hari peralihan dari analog ke digital. Kala itu, dia mengira televisinya rusak lantaran tidak mengeluarkan gambar dan suara.
Berita Terkait
-
Bisa Konversi Analog ke Digital, Begini Syarat Urus Sertifikat Tanah Rusak atau Hilang Akibat Banjir
-
Infinix 50X5 Meluncur ke Indonesia: Smart TV Murah Layar 50 Inci Harga Rp 4 Jutaan
-
Profil Hana Malasan, Pemeran Utama Film Pengepungan di Bukit Duri
-
Mengenal Apa Itu Mini LED dan Bedanya dengan Teknologi TV LED Biasa
-
Sertifikat Analog Bakal Ditarik jika Tak Diganti Elektronik? Kementerian ATR/BPN: Hati-hati Salah Informasi!
Terpopuler
- Menguak Sisi Gelap Mobil Listrik: Pembelajaran Penting dari Tragedi Ioniq 5 N di Tol JORR
- Kode Redeem FF SG2 Gurun Pasir yang Aktif, Langsung Klaim Sekarang Hadiahnya
- Dibanderol Setara Yamaha NMAX Turbo, Motor Adventure Suzuki Ini Siap Temani Petualangan
- Daftar Lengkap HP Xiaomi yang Memenuhi Syarat Dapat HyperOS 3 Android 16
- Xiaomi 15 Ultra Bawa Performa Jempolan dan Kamera Leica, Segini Harga Jual di Indonesia
Pilihan
-
Link Live Streaming AC Milan vs Inter Milan: Duel Panas Derby Della Madonnina
-
FULL TIME! Yuran Fernandes Pahlawan, PSM Makassar Kalahkan CAHN FC
-
Libur Lebaran, Polresta Solo Siagakan Pengamanan di Solo Safari
-
Dipermak Nottingham Forest, Statistik Ruben Amorim Bersama MU Memprihatinkan
-
Partai Hidup Mati Timnas Indonesia vs China: Kalah, Branko Ivankovic Dipecat!
Terkini
-
Pemprov DKI Ingatkan Pendatang Baru Tak Bisa Langsung Dapat Bansos, Harus Tinggal 10 Tahun Dulu
-
Jakarta Tak Sepi Lebaran Ini, Bang Doel Ungkap Hikmah Tak Terduga
-
Pramono Teken Pergub Syarat PPSU: Cukup Ijazah SD, Kontrak Kerja Tiap 3 Tahun
-
Baru Tempati Rumah Dinas, Pramono Curhat Jatuh dari Sepeda Sampai Pelipis Luka
-
Lebaran Pertama Pramono Sebagai Gubernur: Dari Istiqlal, Istana hingga Rumah Mega Tanpa Ganti Sepatu