SuaraJakarta.id - Kerusuhan pecah di Karangayar karena ratusan pesilat PSHT turun ke jalan. Kerusuhan terjadi di depan Pengadilan Negeri (PN) Karanganyar yang tengah menggelar sidang lanjut kasus penganiayaan antaranggota perguran silat Persaudaraan Setia Hati Terate, Kamis (4/2/2021).
Sidang itu beragendakan mendengarkan keterangan korban. Namun Persidangan diwarnai kericuhan antara polisi dan simpatisan terdakwa di luar gedung PN.
Kericuhan terjadi saat simpatisan terdakwa, Agus Purnomo Jati, yang berjumlah ratusan orang mendatangi PN Karanganyar sejak pukul 08.00 WIB.
Ratusan aparat Polres Karanganyar sejak pagi sudah berjaga di PN. Mengerahkan satu mobil water cannon, polisi menutup setengah Jalan Lawu mulai dari perempatan Papahan sampai perempatan Pegadaian. Mereka dibantu aparat TNI dan Satpol PP Karanganyar.
Ratusan simpatisan yang berpakaian seragam pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) itu kemudian mencoba masuk ke PN.
Baca Juga:Kerusuhan Pecah di Temmalebba karena Tawuran, 2 Orang Tertembus Panah
Mereka maksud memberikan dukungan kepada terdakwa, namun tidak diperbolehkan polisi. Sempat terjadi negosiasi alot antara simpatisan dengan polisi yang diwakili langsung oleh Kapolres Karanganyar, AKBP Muchammad Syafi Maulla.
Seperti dilansir Solopos.com, tidak ada titik temu antara polisi yang ingin massa membubarkan diri dengan simpatisan yang menolak mundur. Kericuhan pun pecah.
Polisi menyemprotkan air dari mobil water cannon dan melepaskan tembakan gas air mata untuk membubarkan massa.
Sementara kubu simpatisan terdakwa melemparkan botol-botol air mineral ke arah petugas. Beberapa di antaranya ada yang melempar batu. Polisi membalas dengan melepaskan beberapa tembakan peringatan ke udara.
Massa kemudian berangsur-angsur membubarkan diri, namun tidak pulang. Banyak dari mereka yang menongkrong di belakang PN karena di depan PN dijaga banyak petugas.
Baca Juga:Mencekam! Massa Tutup Jalan dan Aksi Bakar-bakaran di Budi Kemuliaan
Sidang ini sendiri dipimpin oleh Ketua PN Karanganyar, Ayun Kristiyanto. Ada dua korban dalam kasus penganiayaan tersebut. Salah satunya masih di bawah umur. Mereka adalah Enriko Hernan Febrian, 20, dan MAR, 18.
Menurut informasi, kedua korban adalah anggota PSHT dari Parluh 16. Sementara terdakwa, Agus Purnomo Jati, adalah anggota PSHT dari Parluh 17.
Hingga berita ini diturunkan, sidang masih berjalan.