SuaraJakarta.id - Daftar 3 gempa besar Jakarta yang dahsyat hingga merusak. Jakarta gempa besar hingga menyebabkan puluhan orang tewas dan ribuan orang luka.
Gempa bumi Jakarta terjadi sejak tahun 1600-an. Yang terbaru pada tahun 2009. Gempa Jakarta bersumber dari gunung dan juga lempeng bawah laut.
Letak Indonesia secara geografis terletak di pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi yang sisanya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang dominan dengan rawa-rawa hal tersebut berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, tsunami, banjir, tanah longsor, bahkan gempa bumi.
Baca Juga:Polisi Ungkap Pemicu Awal Bentrokan Massa Pendukung Rizieq Shihab dengan Aparat
Hampir seluruh pulau di Indonesia pernah mengalami gempa, tak terkecuali Jakarta.
Dikutip dari lingkunganhidup.jakarta.go.id Encyclopedia of World Geography mencatat, Jakarta seperti halnya mayoritas kota besar di Indonesia , dibangun di atas tanah yang tak relatif stabil.
Meskipun bukan pusat gempa namun Jakarta rentan akan guncangan yang disebabkan oleh gempa, ditambah tanah yang yang tak stabil membuat rambatan gempa menjadi lebih merusak, kerusakan terparah akibat gempa pernah terjadi di Ibu kota di tahun-tahun berikut.
Gempa 1669
Guncangan akibat gempa pertama kalinya di Batavia tercatat pada 5 Januari 1699.
Baca Juga:Banding! Rizieq Shihab Tolak Divonis 4 Tahun Penjara
Terdapat korban jiwa sebanyak 28 orang meninggal, 21 rumah dan 29 lumbung hancur. Guncangan yang terjadi pada masa itu berlangsung selama tiga perempat jam hingga satu jam dan juga beberapa hari sesudahnya.
Guncangan ini berpusat di Gunung Salak yang terletak di antara kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi meletus.
Dari puncaknya setinggi dua ribu meter, gunung Salak memuntahkan abu dan batu, dan semburan ribuan kubik lumpur muncrat.
Semua yang ada di sekeliling gunung Salak rata termasuk puluhan ribu pohon tumbang, dan menyumbat aliran sungai Ciliwung, serta tanggul Batavia.
Oud Batavia masa itu sekejap dibanjiri lahar dingin, dan berubah menjadi rawa-rawa. Peristiwa ini juga dicatat oleh Sir Thomas Stamford Raffles dalam bukunya History of Java "Gempa 1699 memuntahkan lumpur dari perut bumi. Lumpur itu menutup aliran sungai, menyebabkan kondisi lingkungan yang tak sehat kian memburuk."
Kerusakan yang terjadi di Batavia masa itu sebenarnya menjadi tanda tanya karena ada beberapa pihak yang menduga bahwa pusat gempa saat itu ada di selatan Batavia, gempa seismik.
Gempa 1834
Terjadi pada 10 Oktober 1834, guncangan terasa di Batavia, Banten, Karawang, Buitenzorg (Bogor), dan Priangan.
Gempa merusak sejumlah rumah dan bangunan kokoh berdinding batu, termasuk sebuah istana di Weltevreden, dan sebagian rumah di Cilangkap serta Paleis van Daendels/Het Groot Huis, yang kini bernama Gedung Kementerian Keuangan RI.
Meskipun diyakini gempa paling parah yang pernah menimpa daerah tersebut, beruntung tak ada korban jiwa seperti yang ditulis oleh Indonesia's Earthquakes dari Geoscience Australia. Sedangkan sebagian besar Buitonzorg Palace atau istana Bogor runtuh termasuk bangunan utamanya, dan tembok luar sayap timur.
Gempa 2009
Rabu, 2 September 2009 Gempa mengguncang Tasikmalaya dengan kekuatan 7,3 skala Richter pada pukul 14.55 WIB.
Pemicunya dari gempa tektonik akibat tumbukan lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia.
Daerah terdampak paling parah berada di Kabupaten Cianjur, dimana tanah longsor yang dipicu oleh gempa dan menewaskan 40 orang.
Jakarta yang berjarak 200 km dari pusat gempa seluruh gedung-gedung tinggi di Ibu kota ini juga diguncang hebat.
Ribuan orang berhamburan keluar dari gedung-gedung, juga pusat perbelanjaan tersebut mencoba untuk melarikan diri.
Setidaknya terdapat 80 orang meninggal dunia, 47 hilang, sementara 1.250 warga luka-luka akibat guncangan gempa tersebut.
Kontributor : Kiki Oktaliani