Imbas PPKM Darurat, Penjual Plakat di Pasar Senen Pulangkan 2 Karyawan

Pasar Senen sepi kegiatan pada hari ke-13 pelaksanaan PPKM Darurat Jawa-Bali, Jumat (16/7/2021).

Rizki Nurmansyah | Yosea Arga Pramudita
Jum'at, 16 Juli 2021 | 19:26 WIB
Imbas PPKM Darurat, Penjual Plakat di Pasar Senen Pulangkan 2 Karyawan
Ardhi, penjual plakat, medali hingga bendera di Pasar Senen, Jakarta Pusat, terpaksa memulangkan dua karyawannya imbas PPKM Darurat saat ditemui Suara.com, Jumat (16/7/2021). [Suara.com/Yosea Arga Pramudita]

SuaraJakarta.id - Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat sangat berpengaruh bagi para pedagang pasar. Mereka yang tidak berjualan kebutuhan pokok seperti logistik atau bahan makanan terpaksa menutup kios sejak aturan tersebut resmi berjalan pada Sabtu (3/7/2021) lalu.

Suara.com berjumpa seorang pedagang yang sehari-hari berjualan di Pasar Senen, Jakarta Pusat. Pemilik kios Sinar Bintang Barokah itu terpaksa menutup kios miliknya yang berada di lantai satu Pasar Senen sejak awal PPKM Darurat berlaku.

Kios Sinar Bintang Barokah telah dirintis Ardhi sejak tahun 2000. Selama rentan waktu selama itu, dia sehari-hari berjualan barang-barang seperti plakat, toga, stempel warna, bendera, medali, hingga seragam dalam bentuk satuan maupun grosir.

"Saya jualan dari tahun 2000. Dari dulu jualan kebutuhan plakat, piala, seragam dan lain-lain," ungkap Ardhi saat dijumpai Suara.com, Jumat (16/7/2021).

Baca Juga:Resmi! PPKM Darurat Diperpanjang hingga Akhir Juli 2021

Sejak kebijakan PPKM Darurat berlangsung, otomatis Ardhi harus rela menutup kios seluas 2 X 2 meter yang disewanya. Bahkan, sehari sebelum aturan tersebut berlaku, pihak pasar telah memberi imbauan pada pedagang non logistik atau bahan makanan untuk menutup kios untuk sementara waktu.

"Sudah ada imbauan dari pihak pasar, imbauan suruh tutup sampai tanggal 20 mendatang," sambungnya.

Atas fakta tersebut, pusing tentunya melanda Ardhi. Terpaksa dia harus memindahkan gelanggang jualannya ke dunia online. Hal itu ia tempuh agar roda ekonomi tetap berputar, meski hanya satu dua pelanggan saja yang memesan barang.

Hari ini, Ardhi sengaja datang ke kios lantaran ada pesanan yang masuk melalui julanan online. Karena semua barang dagangan berada di kios, maka Ardhi harus datang dan melakukan pengepakan barang di kios sebelum dikirim menggunakan ekspedisi.

"Nih sekarang saya ke kios karena mau ambil barang saja, karena ada yang pesan barang. Kalau tidak ada pesanan yang tidak ke kios, ngapain juga ke sini," ungkap dia.

Baca Juga:PPKM Darurat dan Omzet Turun, Pedagang Hewan Kurban di Bekasi Menjerit

Omzet Turun dan Pulangkan Karyawan

Selama pandemi Covid-19 menghajar Tanah Air, pendapatan Ardhi sangat menurun. Saat ini, kebijakan PPKM Darurat yang melarang pedagang non kebutuhan logistik alias makanan menambah daftar panjang kerugian usaha Ardhi.

Pria yang bermukim di kawasan Jakarta Timur itu mengaku, selama masa PPKM Darurat, penghasilan menurun drastis. Sebabnya, pembeli barang yang dijual Ardhi hanya berasal dari kalangan tertentu, misalnya Dinas, Kementerian, hingga Partai.

Padahal sebelum pandemi terjadi, setidaknya dia bisa meraup untuk mencapai angka Rp. 3 juta dalam sehari. Sangat jelas, hal tersebut berbanding terbalik dengan situasi saat ini.

"Penurunan ya kalau bisa dikatatakan selama PPKM Darurat ini sampai 100 persen lah. Kalau hari biasa, kita buka nih, ada saja harapanya sehari dapat Rp 2-3 tiga juta-an. Sekarang boro-boro, jualan saja gak bisa. Artinya gak untung sama sekali lah," ungkapnya, lirih.

Penjual plakat, medali hingga bendera di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Jumat (16/7/2021). [Suara.com/Yosea Arga Pramudita]
Penjual plakat, medali hingga bendera di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Jumat (16/7/2021). [Suara.com/Yosea Arga Pramudita]

"Ya orang yang beli barang dagangan saya kan segmented. Biasa dari dinas, kementerian, partai. Ya yang pesan plakat-plakat untuk kebutuhan seminar gitu juga. Tapi kan acara-acara seminar selama pandemi juga jarang," ujar dia.

Situasi berat lainnya adalah kondisi dua orang karyawan yang bekerja pada Ardhi. Karena tidak bisa berjualan sama sekali, dengan berat hati Ardhi harus memulangkan dua orang karyawannya.

Terhitung pada hari pertama kebijakan PPKM Darurat, dua karyawannya telah pulang ke kawasan Jawa Tengah. Dia mengatakan, ketimbang bertahan hidup di Ibu Kota tanpa kepastian, lebih baik dua karyawannya kembali ke kampung halaman.

"Saya punya karyawan ada dua orang. Sekarang ya saya pulangin mau tidak mau. Karyawan saya pulang kampung pas awal-awal PPKM. Kasihan kan di sini mau apa? Kerja tidak bisa, tinggal di Jakarta butuh uang dan lain-lain," beber dia.

Tak hanya itu, rupanya ada hal yang membikin perasaan tidak enak dalam diri Ardhi menyeruak. Momen itu terjadi manakala dia harus berbicara secara jujur kepada dua karyawannya ihwal kondisi hari ini.

"Pas mulangin karyawan saya ngomongnya juga tidak enak. Saya jelasin, kondisinya seperti ini, kios tidak bisa buka," ujarnya.

Dengan sisa uang seadanya, Ardhi memberi bekal kepada dua karyawannya untuk pulang kampung. Menurutnya, hidup di kampung halaman lebih baik daripada hidup di perantauan tanpa kepastian dan uang pegangan.

"Saya juga ada uang seadanya untuk kasih mereka buat pulang kampung. Daripada hidup di Jakarta tapi secara ekonomi tidak terjamin gimana? Kasihan kan," cetus Ardhi.

PPKM Darurat Bukan Solusi

Bagi Ardhi, kebijakan PPKM Darurat yang masih berlangsung hari ini bukan menjadi solusi bagi masyarakat. Khususnya dalam hal ekonomi.

Dalam konteks berdagang, Ardhi dan pemilik usaha mungkin masih bisa bertahan di dunia yang menyedihkan ini.

Bahkan, dia kembali teringat pada dua karyawannya yang terpaksa pulang kampung imbas dari penutupan kios.

Baginya, PPKM Darurat malah menyusahkan sektor masyarakat yang tidak mempunyai gaji secara bulanan.

"Tidak ada solusi juga kan buat rakyat. PPKM ini tidak solusi, malah tambah susah. Kalau ASN kan enak, ada gaji bulanan. Kalau kami, tidak dagang tidak punya uang," keluh Ardhi.

Suasana Pasar Senen, Jakarta Pusat, tampak lengang imbas sejumlah kios harus tutup dikarenakan aturan PPKM Darurat, Jumat (16/7/2021). [Suara.com/Yosea Arga Pramudita]
Suasana Pasar Senen, Jakarta Pusat, tampak lengang imbas sejumlah kios harus tutup dikarenakan aturan PPKM Darurat, Jumat (16/7/2021). [Suara.com/Yosea Arga Pramudita]

Harap PPKM Darurat Segera Berakhir

Dalam situasi berat seperti ini, dalam ketidakpastian yang berlarut-larut tak menentu, manusia cuma mempunyai harapan. Bagi Ardhi, mencari uang saat ini adalah hal yang berat.

Bayangkan saja, selama satu tahun, dia harus membayar sewa kios sebesar Rp.50 juta. Belum lagi tagihan listrik bulanan yang berkisar di angka Rp 900 ribu.

Untuk itu, dia hanya berharap agar PPKM Darutat segera berakhir dan bisa berjualan seperti sedia kala.

Soal penanganan COVID-19, dia berharap agar hal ini dapat diselesaikan secara serius agar manusia bisa menjalani hari-hari seperti biasanya.

"Harapan kami, ya PPKM diselesaikan saja. Tapi prokes dan penanganan COVID-19 harus benar-benar serius. Ya kayak jaga jarak gitu-gitu lah," imbuh dia.

Sebelumnya, Pasar Senen yang berlokasi di Jakarta Pusat sepi kegiatan pada hari ke-13 pelaksanaan PPKM Darurat Jawa-Bali, Jumat (16/7/2021).

Para pedagang yang masih berjualan hanyalah mereka yang menjual kebutuhan pokok seperti logistik atau bahan makanan.

Pantauan Suara.com siang ini, kegiatan jual beli hanya berlangsung di lantai dasar. Itu pun tidak semua kios yang berjualan, ada sebagian kios lain di lantai dasar yang memilih tutup sejak tanggal 3 Juli 2021 lalu.

Terpantau, mereka yang berjualan adalah pedagang buah, aneka jajanan seperti kue, hingga kebutuhan sembako. Tak hanya itu, aktivitas di Pasar Senen juga terpantau lengang.

Pada lantai satu hingga lantai dua Pasar Senen, terlihat tidak ada aktivitas jual beli sama sekali. Suasana sepi makin menjadi dengan lampu ruangan yang mati hingga sebagian besar kios memilih tutup.

Rata-rata, mereka yang berjualan di lantai satu dan dua adalah para pedagang pakaian, plakat, hingga kebutuhan non pangan. Terpantau, ada satu hingga dua pedagang non pangan yang masih mendatangi kiosnya untuk sekedar membereskan barang dagangan hingga membersihkan kios.

Salah satu pedagang bernama Lukman yang berjualan sembako mengaku, suasana sepi seperti ini sudah berlangsung sejak hari pertama PPKM Darurat. Kata dia, yang masih bisa berjualan adalah mereka yang menjual kebutuhan pokok pangan.

"Kalau di lantai dasar ini sih masih ada yang jualan, ya yang jualan para pedagang yang menjual makanan hingga bahan pangan. Kalau yang jual baju-baju di lantai atas tutup semua dari tanggal 3 kemarin," ungkap dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak