Geliat Pertanian Perkotaan di Tengah Pandemi Covid-19

Petani-petani perkotaan saat ini tengah menjadi tren di kalangan masyarakat di tengah pandemi.

Erick Tanjung
Selasa, 20 Juli 2021 | 14:55 WIB
Geliat Pertanian Perkotaan di Tengah Pandemi Covid-19
Petani kota Abdulrahman (58) melakukan perawatan tanamannya di kebun di atas rumahnya, di kawasan Cipete, Jakarta, Kamis (14/11/2019). [Antara/Aprillio Akbar/ama]

SuaraJakarta.id - Salah satu sektor yang masih menggeliat di tengah pandemi adalah pertanian. Bahkan sekarang ini menjadi ujung tombak ketahanan pangan nasional dan menjadi salah satu solusi ketersediaan lapangan pekerjaan.

Petani-petani perkotaan saat ini tengah menjadi tren di kalangan masyarakat di tengah pandemi. Dengan memanfaatkan lahan terbatas hasilnya sudah dapat dinikmati dalam waktu singkat.

Untuk menjadi petani juga bukan hal yang sulit banyak pelatihan atau tutorial di media sosial untuk bercocok tanam. Tentunya tinggal kemauan untuk mewujudkan menjadi petani.

Masih menjadi andalan sektor pertanian di tengah pandemi dapat dilihat dari data Badan Pusat Statistik yang menyebut ekspor sektor ini pada Juni 2021 justru naik 15 persen lebih dibanding tahun sebelumnya.

Baca Juga:10 Program Sosial dan Kesehatan di Masa Pandemi Ini Anggarannya Ditambah, Ini Perinciannya

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor sektor pertanian pada Juni 2021 mengalami kenaikan, yakni sebesar 33,04 persen (M-to-M) atau sebesar 15,19 persen secara (Y-on-Y).

Sektor yang memberikan kontribusi terhadap ekspor, yakni komoditas tanaman obat, aromatik, rempah, kopi, dan sarang burung walet.

Hal tersebut diperkuat dari pernyataan Kepala BPS, Margo Yuwono yang menyebut secara nilai, ekspor sektor pertanian tercatat mencapai sebesar 0,32 miliar Dolar AS.

Dengan kenaikan tersebut, menurut Margo, ekspor nonmigas secara nasional menyumbang sebesar 93,36 persen dari total nilai ekspor Juni 2021 yang mencapai 18,55 miliar Dolar AS atau naik sebesar 9,52 persen jika dibandingkan dengan ekspor pada Mei 2021.

Konsep pertaniaan perkotaan atau "urban farming" menjadi solusi masyarakat Jakarta untuk bercocok tanam atau berkebun di tengah-tengah tingginya harga lahan di Ibu Kota.  [Antara/Aprillio Akbar/ama]
Konsep pertaniaan perkotaan atau "urban farming" menjadi solusi masyarakat Jakarta untuk bercocok tanam atau berkebun di tengah-tengah tingginya harga lahan di Ibu Kota. [Antara/Aprillio Akbar/ama]

Adapun secara kumulatif, ekspor nonmigas selama Januari-Juni mengalami kenaikan sebesar 94,35 persen, dimana sektor pertanian mencapai 1,95 Dolar AS atau mengalami peningkatan sebesar 14,05 persen.

Baca Juga:Pandemi Covid-19 Bikin Orang Gampang Stres, Ini Kata Psikolog

Margo optimis sektor pertanian mampu memberikan kontribusi terhadap upaya pemulihan ekonomi nasional di tengah-tengah tekanan akibat pandemi.

Melon dan Labu

Saat ini yang juga menjadi tren di kalangan petani terutama di sektor urban farming adalah budidaya melon kualitas premium dan labu madu yang selain diminati pasar dalam negeri juga luar negeri.

Budi daya tanaman ini juga tidak sulit. Mereka yang tidak memiliki latar belakang bertani dengan mudah dapat mengembangkannya. Memang untuk memenuhi standar agar komoditi ini bisa tembus di supermarket atau pasar luar negeri membutuhkan pembelajaran tidak dapat instan.

Namun jangan khawatir banyak perusahaan benih yang memiliki tenaga penyuluh lapangan. Mereka siap untuk memberikan pembelajaran kepada masyarakat agar komoditi yang ditanam mampu menghasilkan sesuai standar pasar.

Salah satu kendala bagi petani yang baru belajar untuk budi daya labu madu dan melon adalah tingkat kemanisan dan ukuran dari buah. Mengingat melon dan labu madu kalau panen serentak maka harus ada tenaga kerja yang siap untuk memetiknya. Tujuannya agar buah tidak terlalu matang dan ukurannya sesuai standar atau tidak terlalu besar.

Salah satu petani perkotaan dadakan yang berhasil mengembangkan budidaya melon premium dan labu madu adalah pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna Desa Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten, yang memanfaatkan lahan kosong di belakang Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Padahal awalnya para pemuda ini tidak memiliki pekerjaan alias pengangguran. Setiap harinya waktunya dihabiskan untuk balapan sepeda motor di kawasan belakang Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Menurut pengakuan Vikri Fadilah yang menjabat sebagai Ketua Karang Taruna Teluk Naga para pemuda di kawasan ini memang baru belajar untuk budidaya melon dan labu madu.

Alasan memilih komoditi tersebut selain mudah perawatannya juga pemasarannya mudah. Banyak pasar baik tradisional dan modern yang bersedia menampung komoditi tersebut, termasuk beberapa industri makanan di sekitar Tangerang banyak juga berminat terhadap komoditi tersebut.

Dalam tahap belajar itu, jelas Vikri, sudah mampu memproduksi melon dan labu madu sebanyak dua ton. Sementara ini hasil panen dibagi-bagikan kepada masyarakat di kawasan itu, namun untuk panen mendatang akan berusaha memasok ke pasar di Tangerang maupun Jakarta.

Seperti diketahui sebagian besar produk petani di wilayah penyangga dikirim ke pasar tradisional dan pasar modern Jakarta.

Vikri mengatakan dari hasil panen itu berhasil mengajak para pemuda yang awalnya hobi kebut-kebutan untuk menjadi petani. Apalagi setelah mereka sadar potensi penghasilan yang bakal di dapat dari budi daya melon dan labu madu tersebut.

Vikri menuturkan selain memberikan pengetahuan baru, kegiatan budidaya ini sekaligus menjadi peluang pekerjaan bagi pemuda yang selama ini menggantungkan hidupnya dari aktivitas di bandara terbesar se-Indonesia itu. Sebagian yang bergabung, ada juga karyawan yang belum lama terkena pemutusan hubungan kerja akibat perusahaannya terdampak pandemi Covid-19.

Setidaknya sudah 15 pemuda dan pemudi kampung yang bergabung di budi daya melon dan labu madu ini, jelas Vikri.
Bimbingan

Vikri mengatakan keberhasilan panen perdana melon premium dan labu madu ini berkat bimbingan Bagas Suratman yang memang merupakan petani senior di kawasan itu.

Bimbingan juga didapat dari PT East West Seed Indonesia (Ewindo) selaku produsen benih sayuran termasuk benih melon dan labu madu.

Menurut Suratman banyak faktor yang harus diperhatikan petani selama proses budidaya. Mulai dari pemilihan waktu tanam, faktor iklim dan cuaca, pengolahan lahan hingga antisipasi terhadap serangan hama dan penyakit.

Salah satu serangan penyakit yang menakutkan petani adalah serangan virus Gemini. Virus yang dibawa oleh serangga kutu kebul (Bemisia tabaci) sangat mudah menular dan merusak tanaman hingga gagal panen dan tidak dapat berproduksi sama sekali.

“Salah satu kunci keberhasilan pemuda karang taruna tersebut adalah menggunakan benih melon yang memiliki ketahanan yang sangat tinggi terhadap serangan virus Gemini,” kata Suratman.

Menurut Wisnu selaku petugas lapangan PT Ewindo, melon varietas Alisha F1 mampu berproduksi 30-40 ton per hektare. Melon yang dihasilkan memiliki kulit kuning halus, tanpa net ini, daging buahnya renyah, dengan tingkat kemanisan mencapai 16 brix.

Sementara Labu Madu F1 yang dikembangkan anggota karang taruna ini memiliki potensi produksi 15-25 ton per hektare.

Wisnu mengatakan akan terus melakukan pendampingan serta membangkitkan optimisme para pemuda di kawasan ini dapat melakukan budidaya secara berkelanjutan.

Keberhasilan karang taruna ini juga dapat menjadi inspirasi bagi pemuda di daerah lain untuk melakukan kegiatan yang produktif sekaligus membuka lapangan kerja di tengah pandemi Covid-19, harap Wisnu.

Ke depan komoditi yang dikembangkan dapat ditingkatkan lagi bukan sekedar melon dan labu madu, tetapi juga semangka, jagung manis, dan cabai yang memang cocok di kembangkan di kawan belakang Bandara Soekarno yang meman selama ini belum banyak dimanfaatkan. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini