Jakarta Potensial Pasok 20 Persen Biodiesel Minyak Jelantah

Jakarta punya potensi minyak jelantah 12 juta liter atau 12 ribu kiloliter per tahun. Itu hanya dari rumah tangga dan UMKM, kata Ricky.

Erick Tanjung
Kamis, 07 Oktober 2021 | 22:41 WIB
Jakarta Potensial Pasok 20 Persen Biodiesel Minyak Jelantah
Petugas mengumpulkan minyak jelantah dari warga di Cilincing, Jakarta Utara, Rabu (9/6/2021). Minyak jelantah dapat diubah menjadi bahan bakar alternatif biodiesel yang aman untuk lingkungan karena menghasilkan polusi udara yang jauh lebih sedikit ketimbang solar. (Antara/Sugiharto Purnama)

SuaraJakarta.id - Lembaga riset independen Traction Energy Asia menyebutkan Jakarta memiliki potensi memasok 20 persen bahan mentah untuk diproses menjadi biodiesel dari sekitar 12 juta liter minyak jelantah yang dihasilkan rumah tangga dan UMKM di ibu kota.

“Jakarta punya potensi minyak jelantah 12 juta liter atau 12 ribu kiloliter per tahun. Itu hanya dari rumah tangga dan UMKM,” kata Engagement Manager Traction Energy Asia, Ricky Amukti dalam diskusi daring, di Jakarta, Kamis (7/10/2021).

Analis kebijakan energi dari lembaga riset independen ini menyatakan, dapat menambahkan emisi biodiesel minyak jelantah 80 hingga 90 persen lebih rendah dari pada solar atau diesel.

Ricky berharap, peluang itu dapat dimanfaatkan oleh Pemprov DKI untuk memanfaatkan potensi minyak jelantah sebagai alternatif bahan biodiesel.

Baca Juga:Praktik Cross Border Bunuh Kelangsungan UMKM Lokal

Berdasarkan data PT Pertamina tahun 2020, ujar dia, kuota biosolar (B30) di DKI Jakarta pada 2020 mencapai 703.517 kiloliter berdasarkan Keputusan Kepala BPH Migas RI.

“Itu (minyak jelantah) baru 20 persen dari rumah tangga dan UMKM, belum termasuk hotel, restoran dan kafe, angkanya akan jauh lebih tinggi,” ujarnya.

Pemanfaatan sumber alternatif lain, seperti minyak jelantah untuk biodiesel itu juga diharapkan mengurangi penggunaan sawit yang selama ini menjadi pemasok tunggal biodiesel.

Menurut dia, saat ini sudah ada beberapa inisiasi pengolahan biodiesel minyak jelantah dari Makassar, Bali, Kalimantan Timur, Bogor, dan Yogyakarta.

Penggunaan energi baru terbarukan itu diharapkan menjadi salah satu solusi menjawab tantangan energi ramah lingkungan untuk mendukung udara bersih di Jakarta.

Baca Juga:Brownies Salak Kanaya: Produk Lokal UMKM Sleman Bercita Rasa Unik

Ricky menambahkan, selama ini ada tiga sumber polusi udara di DKI yakni, pembangkit listrik sebesar 30 persen, transportasi 50 persen, dan sisanya dari sampah.

“Untuk transportasi jumlahnya sangat besar. Di Jakarta, sepeda motor ada sekitar 16 juta, mobil penumpang 3,6 juta unit, bus dan lainnya, itu pasti membutuhkan bahan bakar minyak yang berkontribusi terhadap polusi di Jakarta,” katanya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini