Asam Garam Perjalanan Maryanto Jadi Sopir Bus 40 Tahun, Pernah Bantu Penumpang Lahiran Hingga Ada yang Meninggal

Menjadi sopir bus bagi Maryanto bukan sesuatu yang baru. Pria berusia 64 tahun ini sudah 40 tahun menikmati asam garam menjadi sopir bus antarkota antarprovinsi.

Chandra Iswinarno
Minggu, 08 Mei 2022 | 06:00 WIB
Asam Garam Perjalanan Maryanto Jadi Sopir Bus 40 Tahun, Pernah Bantu Penumpang Lahiran Hingga Ada yang Meninggal
Maryanto, pria asal Jepara, yang telah menjalani pekerjaan sebagai sopir bus selama 40 tahun. [Suara.com/Faqih Fathurrahman]

SuaraJakarta.id - Menjadi sopir bus bagi Maryanto bukan sesuatu yang baru. Pria berusia 64 tahun ini sudah 40 tahun menikmati asam garam menjadi sopir bus antarkota antarprovinsi.

Kini Maryanto menjadi salah satu juru mudi PO Bus New Shantika yang menyusuri rute Jakarta-Jepara. Tak terkira banyak pengalaman yang dilakoninya selama menjadi pengemudi bus.

Mulai dari menolong orang yang melahirkan hingga menemui penumpang yang meninggal di dalam bus pernah dirasakannya.

"Kalau sampai perampokan nggak ada, tapi kalau orang yang lahiran di dalam bus saya pernah nemuin. Orang yang meninggal juga pernah," katanya, di Terminal Grogol, Jakarta Barat, Sabtu (7/5/2022).

Baca Juga:Gabut Gegara Terjebak Macet, Sopir Bus Ini Justru Bersihkan Mobil Orang Lain di Depannya

Saat itu, Maryanto harus memutar setir menuju ke rumah sakit. Setelah penumpangnya mendapat pertolongan dari pihak rumah sakit, barulah ia kembali melanjutkan perjalanan.

"Ya, kita bantu bawa ke rumah sakit. Waktu itu dari Jakarta mau ke Jepara, pas di Kudus ada yang mau lahiran. Terus pas di Semarang juga pernah. Jadi sempat berhenti dulu ke rumah sakit. Abis itu lanjut lagi," jelasnya.

Berbicara kariernya menjadi juru mudi, Maryanto memulainya sejak usia 24 tahun. Ia mengingat, kali pertama menggeluti pekerjaan ini, kondisi jalanan masih lancar dan tidak sepadat seperti saat ini.

Pun saat itu, Maryanto bisa melakukan perjalanan 25 rit dalam sebulan.

Namun menginjak usianya yang sudah tak lagi muda, Maryanto hanya bisa melakukan perjalanan sebanyak 15 kali pergi-pulang dalam satu bulan.

Baca Juga:Cerita Penjual Tiket Bus Terminal Muntilan, Penen Saat Mudik Lebaran Setelah 2 Tahun Paceklik Pandemi Covid-19

"Tapi kalau umuran saya sudah tua. Pas puasa sudah dapat 20 hari sudah istirahat saya. Nggak mau ngoyo," ungkapnya.

Maryanto, mengaku saat lebaran lalu tidak melalukan perjalanan. Ia memilih berkumpul dengan keluarga di Jepara. Ia baru mulai mengantar-jemput setelah H+2 Lebaran.

Meski begitu, Maryanto mengungkapkan, jika dalam perjalanan pada lebaran kali ini mengalami keterlambatan hingga lima jam.

Maryanto mengemukakan, biasanya tiba di Jakarta dari Jepara sekitar pukul 04.00 WIB. Namun karena kepadatan arus lalu lintas, ia baru tiba pukul 09.00 WIB.

"Jepara tuh 11 jam. Biasanya dari rumah makan, dari jam 22.00 WIB sampe sini jam 09.00 WIB pagi, biasanya jam 04.00 WIB pagi udah sampai, ada keterlambatan kurang lebih dari lima jam," katanya.

Namun hal tersebut tak membuatnya kapok, Maryanto mengaku masih ingin terus bekerja. Lantaran, ia sudah terlanjur mencintai perkejaannya sebagai sopir bus.

"Waah... kalau itu belum (pensiun), prinsip saya, kalau masih mampu dan masih diperlukan perusahaan lanjut terus. Sampai kira-kira sebulan paling cuma 8-10 pp (pergi pulang), nggak masalah asal masih bisa kerja," katanya.

Kontributor : Faqih Fathurrahman

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini