Cerita Anies Heran Sampah Menumpuk di Pintu Air Manggarai Setelah Ahok Lengser, Langsung Siapkan Rp195 Miliar

Anies berharap dengan adanya program ini sampah tidak langsung ke pintu air Manggarai.

Dwi Bowo Raharjo | Fakhri Fuadi Muflih
Senin, 26 September 2022 | 12:42 WIB
Cerita Anies Heran Sampah Menumpuk di Pintu Air Manggarai Setelah Ahok Lengser, Langsung Siapkan Rp195 Miliar
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri), Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria (kanan), Direktur Utama PT PP (Persero) Tbk Rully Noviandar (kedua kanan) dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Agus Kuswanto (kedua kiri) meninjau Proyek Pembangunan Sistem Pengambilan dan Treatment Sampah Badan Air melalui Rekayasa Sungai pada Kali Ciliwung segmen TB Simatupang di kawasan Kampung Gedong, Pasar Rebo, Jakarta, Senin (26/9/2022). [ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/hp].

SuaraJakarta.id - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau langsung proses pembangunan sistem saringan sampah badan air di bantaran Kali Ciliwung segmen TB Simatupang, Kelurahan Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Dalam kunjungannya, ia menceritakan awal mula proyek ini direncanakan.

Anies menceritakan pada awal tahun 2018 setelah terpilih dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI tahun 2017 menggantikan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, ia mengunjungi Pintu Air Manggarai, Jakarta Selatan. Saat itu, ia melihat tumpukan sampah yang terbawa aliran sungai menggunung tinggi.

"Ketika mulai bekerja di Jakarta di awal 2018 itu Sungai Ciliwung meningkat airnya dan di pintu air manggarai terjadi timbunan sampah yang luar biasa banyak," ujar Anies di lokasi proyek saringan sampah, Senin (26/9/2022).

Setelah itu, ia bertanya kepada timnya dari mana asal sampah ini. Lalu, ia mendapatkan jawaban ternyata tumpukan sampah berasal dari luar Jakarta yang terbawa aliran Sungai Ciliwung.

Baca Juga:Adu Kuat Head To Head Anies, Ganjar Dan Prabowo Versi Survei CSIS, Siapa Paling Jago?

"Sampah banyak datang justru dari kawasan, dari luar Jakarta masuk melalui Sungai Ciliwung," tuturnya.

Mendengar jawaban itu, ia mengaku heran mengapa selama ini sampah yang datang dari luar Jakarta tersebut tak disaring terlebih dahulu. Padahal, cara ini disebutnya bisa mengurangi beban tumpukan sampah di Pintu Air Manggarai.

"Kemudian dibahas, didiskusikan, dan diputuskan untuk dilakukan pembangunan saringan sampah di tempat sebelum masuk pemukiman yang padat, kawasan yang lebih padat," jelas Anies.

Akhirnya, Anies membuat program pembuatan sistem saringan sampah melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI dengan anggaran mencapai Rp195 miliar. Rencana awal proyek ini dimulai pada tahun 2020 tapi tertunda karena pandemi Covid-19.

Petugas UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta dibantu alat berat mengangkat sampah kayu yang menumpuk di pintu air Manggarai, Jakarta, Selasa (22/9/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Petugas UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta dibantu alat berat mengangkat sampah kayu yang menumpuk di pintu air Manggarai, Jakarta, Selasa (22/9/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

"Sekarang kondisinya sudah lebih baik, anggaran itu kini tersedia dan sekarang dilaksanakan. Nah harapannya ini akan bisa mengendalikan sampah untuk tidak masuk ke dalam kota," pungkasnya.

Baca Juga:PDIP Blunder! Celeng Versus Banteng, Nama Ganjar Pranowo Terus Melejit

Sebelumnya, Anies juga menyebut saringan sampah di badan kali ini merupakan yang pertama kali dibuat di Indonesia.

"Ini adalah proyek pertama kali dan bahkan pertama kali di Indonesia ada penyaringan seperti ini. Nah kita lihat nanti seberapa efektif. Secara teoritik efektif ini, kita lihat di lapangan," ujar Anies di lokasi, Senin (26/9/2022).

Konsep perencanaan sudah dibahas bersama Institut Teknologi Bandung (ITB) dan disepakati dengan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung - Cisadane (BBWSCC).

Anies menyebut ide pembuatan saringan sampah ini bermula saat tahun 2018 ia melihat penumpukan sampah luar biasa di Pintu Air Manggarai karena kenaikan volume air. Ia pun mempertanyakan mengapa tidak ada saringan sampah di perbatasan kali.

"Kemudian dibahas, didiskusikan, dan diputuskan untuk dilakukan pembangunan saringan sampah di tempat sebelum masuk pemukiman yang padat, kawasan yang lebih padat," tuturnya.

Rencananya, proyek ini dikerjakan pada tahun 2020. Namun, karena pandemi Covid-19 pengerjaannya tertunda dan baru dimulai sekarang dengan target beroperasi pada tahun 2023.

"Ini harapan kita, terima kasih kepada semua yang sudah bekerja untuk menyiapkan ini. Sebuah rencana yang kita ikhitarkan sejak 2018-2019 akhirnya sekarang bisa terlaksana. Dan mudah-mudahan bisa jadi kebaikan untuk warga Jakarta," jelasnya.

Saringan sampah ini juga bermanfaat untuk menjaga pompa-pompa pengendalian banjir yang dioperasikan oleh Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta agar tidak mengalami efek bendung yang dapat berakibat banjir, seperti Pompa Waduk Pluit, Pompa Ancol, dan Pompa Gambir.

Sementara itu, Kadis Lingkungan Hidup, Asep Kuswanto menjelaskan sistem kerja dari saringan sampah badan air ini. Pertama, ponton terapung yang diterapkan di lokasi saringan berfungsi untuk mengarahkan sampah ke segmen sungai, sehingga dapat menghindari efek bendung akibat sampah yang tertahan di badan air.

Kemudian, penyaringan dilakukan secara berlapis, sehingga kegiatan pengambilan sampah dari badan Kali Ciliwung dapat dilakukan secara berjenjang, dari mulai saringan kasar sampai ke saringan lebih halus.

Proses penyaringan sampah dibagi dalam 2 (dua) tahap penyaringan dan 2 (dua) tahap pencacahan sampah organik, yaitu:
- Saringan Tahap 1
Berfungsi untuk menangkap sampah-sampah ukuran di atas 50 cm, mengangkat dari badan air, menempatkannya di Conveyor untuk dihancurkan menjadi ukuran lebih kurang 5 cm - 20 sentimeter;

- Saringan Tahap 2
Berfungsi untuk menangkap sampah-sampah ukuran di atas 20-50 cm, mengangkat dari badan air, menempatkannya di Conveyor dan kemudian membawa ke mesin penghancur atau Secondary Crusher untuk dihancurkan menjadi ukuran lebih kurang 3 sentimeter– 5 sentimeter;

- Pencacah Tahap 1
Berfungsi untuk mencacah sampah berukuran besar (kayu, bambu, kasur, bekas bangunan, pertanian, dan lain-lain) menjadi ukuran 10-20 cm;

- Pemisah Sampah Otomatis
Berfungsi untuk memisahkan sampah halus dan sampah kasar sebelum sampah dimasukkan ke Pencacah Tahap 2

- Pencacah Tahap 2
Berfungsi untuk mencacah sampah berukuran besar (kayu, bambu, kasur, bekas bangunan, pertanian, dan lain-lain) menjadi ukuran 3-5 cm.

“Saringan sampah TB Simatupang ini diperkirakan dapat menampung sampah sekitar 40 meter kubik per hari. Pembangunannya ditargetkan secara bertahap selesai pada Desember tahun 2022 dan dapat mulai beroperasi pada Januari 2023,” pungkas Asep.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini