Indonesian Financial Literacy Conference 2023, Indonesia Dukung Literasi Finansial

Tantangan berikutnya adalah bioteknologi yang dapat memetakan manusia unggul sejak dini.

Fabiola Febrinastri
Selasa, 25 Juli 2023 | 11:28 WIB
Indonesian Financial Literacy Conference 2023, Indonesia Dukung Literasi Finansial
Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Friderica Widyasari Dewi. (Dok: Dais)

SuaraJakarta.id - Warta Ekonomi mendukung perkembangan literasi finansial dan inklusi digital di Indonesia melalui program inisiatifnya, yakni Indonesian Financial Literacy Conference 2023, yang diadakan di Jakarta, Jumat (21/7/2023). 

Acara dengan tema “Digital Financial Literacy and Digital Financial Inclusion: Core in Achieving Financial Resilience” ini dikelola oleh Quadrant1 Komunika, dan didukung oleh Pertamina, Pemodalan Nasional Madani (PNM), Telkom Indonesia, dan Pegadaian. 

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Dirjen Aptika Kemenkominfo), Semuel Abrijani Pangerapan, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Friderica Widyasari Dewi hadir sebagai pembicara utama, serta Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung. 

CEO Warta Ekonomi dan Co-Founder Center for Financial and Digital Literacy (CFDL), Muhamad Ihsan di saat membuka acara, memaparkan soal kemudahan transaksi digital dan banyaknya perusahaan rintisan (startup) berkat adanya teknologi. Ia juga memaparkan soal penemuan BI terkait penggunaan uang digital dan dalam waktu dekat BI akan meluncurkan Central Bank Digital Currency (CDBC). 

Baca Juga:Tak Hanya Tingkatkan Inklusi Keuangan, Kredivo Juga Cegah Stunting

Ihsan juga menjelaskan tentang tantangan teknologi terhadap masa depan pekerjaan manusia dampak artificial intelligence (AI), bioteknologi, dan lain-lainnya. 

“Sebuah penelitian mengatakan bahwa akibat dari artificial intelligence (AI), kelompok ekonomi yang paling atas akan makin sangat kaya, sementara yang paling bawah akan sangat miskin,” jelas Ihsan saat sesi pemaparannya. 

Menurutnya, tantangan tersebut akan terjadi karena pekerjaan kelompok menengah akan digantikan oleh AI. Tantangan berikutnya adalah bioteknologi yang dapat memetakan manusia unggul sejak dini. 

“Secara saintifik, masa depan anak-anak kita sudah bisa dipetakan, kita sudah bisa membuat manusia unggul. Ke depan, yang kaya makin pintar akan tetap ke atas, sementara yang kekurangan ilmu dan kekurangan uang akan ke bawah,” ujarnya. 

Karena dampak teknologi tersebut, literasi digital, khususnya keuangan digital penting dilakukan. Ihsan bercerita soal dampak pinjaman online yang sekitar 42% menjerat para guru. Masalah tersebut tercermin dari survei Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun 2022 yang menyatakan, indeks literasi digital Indonesia masih di skala 3,54 dari 5. 

Baca Juga:Infobank Gelar Literasi dan Inklusi Keuangan Bersama OJK, BI, dan LPS di Bantul

Senada dengan Ihsan, Dirjen Aptika Kemenkominfo, Semuel Abrijani Pangerapan juga mengamini bahwa literasi digital akan membantu ke sebuah perubahan. Ia memaparkan dari segi lanskap ekonomi digital, saat ini terdapat 215,6 juta pengguna internet di Indonesia dan terdapat 43% perilaku membeli produk atau layanan sebanyak 1-3 kali per bulan. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini