Pengakuan Samiyem Terdampak Putusnya Suplai Air PAM; Mandi Dua Kali Sehari, Anak Keramas di Wastafel Kantor

Persoalan tidak adanya pasokan air bersih tersebut sudah dialaminya dalam kurun waktu kurang lebih empat bulan belakangan.

Chandra Iswinarno | Faqih Fathurrahman
Jum'at, 06 Oktober 2023 | 20:29 WIB
Pengakuan Samiyem Terdampak Putusnya Suplai Air PAM; Mandi Dua Kali Sehari, Anak Keramas di Wastafel Kantor
Warga RW 11, Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat (Jakbar), mengantre untuk mendapatkan air bersih, Kamis (14/9/2023). [ANTARA/Risky Syukur]

SuaraJakarta.id - Krisis air bersih akibat terputusnya suplai air bersih dari PAM Jaya dirasakan Samiyem. Perempuan berusia 54 tahun itu pun berusaha irit menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.

Warga RT 09/RW 011 Kelurahan Pengadungan, Kalideres, Jakarta Barat tersebut mengaku harus rela jarang mandi. Bila biasanya mandi sehari dua kali, Samiyem kini dua hari sekali mandi.

Mirisnya, persoalan tidak adanya pasokan air bersih tersebut sudah dialaminya dalam kurun waktu kurang lebih empat bulan belakangan.

"Habis sayang kalau beli air cuma buat mandi," ujarnya saat ditemui Suara.com di rumahnya pada Jumat (6/10/2023).

Baca Juga:Krisis Air di Ibu Kota, Warga Jembatan Lima Rogoh Kocek Lebih Dalam Buat Beli Air Gerobakan

Kondisi serupa juga dialami sang anak. Bahkan karena irit air agar tidak terbuang sia-sia, sang anak terpaksa keramas di wastafel kantor tempatnya bekerja, lantaran tidak bisa mandi di rumah.

"Anak saya juga, kerja nggak mandi. Akhirnya cuma keramas aja, di wastafel kantor, habis di kantornya kan nggak ada kamar mandi untuk dia mandi," ujarnya.

Diakui Sariyem, PAM Jaya memang mengirim mobil tangki untuk memenuhi kebutuhan rumah-rumah yang terdampak krisis air bersih. Namun sudah sepekan terakhir, warga sudah tidak lagi merasakannya.

Samiyem Warga RT 09/RW 011 Kelurahan Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat (Jakbar) yang mengalami kesulitan air bersih. [Suara.com/Faqih]
Samiyem Warga RT 09/RW 011 Kelurahan Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat (Jakbar) yang mengalami kesulitan air bersih. [Suara.com/Faqih]

Bahkan menurutnya, bantuan air yang disalurkan melalui mobil tangki sebenanya tak terlalu efektif.

Selain harus berebut dengan warga lainnya, hal itu juga memakan banyak tenaga lantaran jarak antara mobil dan rumahnya cukup jauh.

Baca Juga:PAM Jaya Janji Bangun Reservoir Komunal di Semua Lokasi Krisis Air di Jakarta

"Kemarin itu pas ada bantuan air pakai mobil, saya cuma dapat dua galon. Capek harus gotong-gotong. Kalau yang ada motor enak, dia pakai motor," ucapnya.

Untuk bertahan mencukupi kebutuhan air bersih sehari-hari, Samiyem pun terpaksa merogoh ek

Dalam mencukupi suplai air bersih dalam kesehariannya, Samiyem terpaksa merogoh kocek tambahan untuk membeli air bersih dalam jeriken. Dalam satu jeriken berkapasitas 20 liter, air bersih tersebut dibanderol dengan harga Rp 2.000.

"Sehari bisa lima jeriken, itu tidak termasuk air untuk konsumsi. Untuk konsumsi itu kita beli galon isi ulang. Kalau untuk nyuci kita terpaksa laundry,” katanya.

Sementara itu, Humas RW 11 Kelurahan Pengadungan, Agung mengungkapkan bahwa putusnya suplai air bersih dari PAM Jaya ke wilayah tersebut akibat kerusakan pipa yang berada di wilayah Gedong Panjang, Tambora serta perbaikan instalasi di Hutan Kota Srengseng, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

"Alasan kemarin ada perbaikan instalasi di Hutan Kota Srengseng. Kedua, ada kebocoran pipa daerah Gedong Panjang, daerah Kota Tua sana, dampaknya sampai sini," katanya.

Ia mengungkapkan ada 6 RT yang berada di RW 11 terdampak dengan kerusakan dan perbaikan instalasi PAM. Namun sejumlah RT yang suplai airnya terputus merupakan RT yang terletak di bagain belakang, seperti RT 5, 6, 7, 8, 9, dan 10.

"Nggak semua warga, kalau kayak warga RT 1,2,3, 11, itu bagian depan masih keluar," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini