Galon Guna Ulang Aman? Dokter dan Ilmuwan Angkat Bicara soal Isu BPA yang Meresahkan

Ini 3 hal janggal terkait isu BPA yang ramai di Indonesia.

Rully Fauzi
Kamis, 28 Agustus 2025 | 19:05 WIB
Galon Guna Ulang Aman? Dokter dan Ilmuwan Angkat Bicara soal Isu BPA yang Meresahkan
Ilustrasi galon air. (freepik/brgfx)

SuaraJakarta.id - Isu bahaya Bisphenol A (BPA) pada galon guna ulang polikarbonat (PC) kerap muncul beberapa waktu belakangan. Narasi yang berkembang seringkali menimbulkan kekhawatiran, seolah-olah masyarakat sedang berada di ambang bahaya besar akibat air minum dari galon guna ulang.

Namun jika ditelusuri lebih dalam, terdapat sejumlah kejanggalan dalam cara isu ini digulirkan untuk dikonsumsi publik.

Hal ini tak lepas agar timbul ketakutan masyarakat sehingga tidak lagi menggunakan galon guna ulang dan beralih ke kemasan sekali pakai.

"Sebab sebanyak 99,9 persen industri ini menggunakan galon tersebut. Hanya 0,1 yang menggunakan galon sekali pakai," kata Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Chandra Setiawan.

Baca Juga:Fakta Penting soal Galon Isi Ulang: Dari SNI hingga Kata Menkes

Setidaknya ada tiga hal janggal yang perlu diperhatikan dari bagaimana isu bahaya BPA ini dimainkan.

Pertama, data riset yang tidak pernah ditampilkan utuh. Banyak publikasi soal BPA hanya menyebut berbahaya tanpa menjelaskan angka migrasi aktual dan membandingkannya dengan batas aman WHO, EFSA, atau FDA.

Lembaga-lembaga otoritas kesehatan obat dan makanan itu memang sepakat BPA merupakan senyawa.

Namun, pelarangan penggunaan BPA sebagai kemasan pangan hanya dilakukan pada botol bayi mengingat penggunaan peralatan harus dipanaskan lebih dari 100 derajat celcius sehingga memicu migrasi BPA.

Sedangkan berbagai riset juga menunjukkan migrasi BPA dari galon polikarbonat jauh di bawah ambang batas aman. Kejanggalan ini menimbulkan kesan bahwa informasi disampaikan sepotong-sepotong, sehingga publik panik tanpa pemahaman ilmiah yang lengkap.

Baca Juga:Framing Bahaya BPA di Kemasan Air Galon Terus Didorong, Pakar Teknologi Pangan Heran

Dikatakan Doktor Sains Teknologi Plastik dari Universitas Teknologi di Berlin Jerman, Wiyu Wahono, kemasan ber-BPA pada perlengkapan bayi dilarang mengingat TDI mereka yang kecil.

TDI dihitung mengacu pada berat badan setiap konsumen. Pada orang dewasa dapat disimpulkan harus mengonsumsi 48 liter air atau dua galon perhari agar BPA benar-benar berdampak bagi tubuh.

"Jadi kalau dibuka (Google) lebih banyak disinformasi (terkait BPA) daripada yang benarnya," katanya.

Kejanggalan kedua yakni mengabaikan fakta bahwa galon guna ulang sudah dipakai puluhan tahun dan tidak menyebabkan masalah apapun. Galon PC bukan barang baru.

Produk ini telah digunakan di seluruh dunia lebih dari 30 tahun, termasuk di negara-negara dengan regulasi pangan sangat ketat seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa.

Pakar Teknologi Pangan, Hermawan Seftiono menegaskan bahwa tidak pernah ada satupun catatan kasus penyakit yang diakibatkan mengonsumsi air minum dari galon guna ulang PC hingga saat ini. Dia menegaskan, artinya kemasan galon polikarbonat dan tutupnya aman digunakan untuk produk AMDK.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?