-
Wagub Rano Karno membantah isu kepindahan massal siswa SMAN 72 Jakarta pasca-ledakan. Sebagian besar siswa bersemangat untuk tetap bersekolah di sana.
-
Permintaan pindah sekolah hanya dari kasus spesifik, yaitu siswa yang sakit dan mempertimbangkan jarak rumah-sekolah untuk memudahkan pemulihan kesehatan.
-
Pemprov DKI Jakarta memprioritaskan trauma healing bagi siswa. Pendampingan psikologis berhasil meyakinkan siswa untuk tetap sekolah di SMAN 72.
SuaraJakarta.id - Insiden ledakan yang mengguncang SMAN 72 Jakarta di kawasan Komplek Kodama TNI AL, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Jumat (7/11) lalu, masih menyisakan cerita.
Di tengah proses pemulihan, beredar rumor tak sedap yang menyebutkan adanya gelombang kepindahan siswa secara massal karena ketakutan dan trauma mendalam akibat peristiwa tersebut.
Isu ini tentu meresahkan para orang tua dan masyarakat luas, mengingat sekolah seharusnya menjadi ruang aman bagi anak untuk menuntut ilmu.
Menanggapi kabar simpang siur tersebut, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, turun langsung untuk meluruskan fakta di lapangan pada Sabtu (22/11).
Baca Juga:Maut Siswa di Kolong JakLingko, Gubernur Pramono Anung: Kami Akan Bertanggungjawab
Bang Doel, sapaan akrabnya, dengan tegas membantah narasi bahwa banyak siswa yang ingin angkat kaki dari sekolah tersebut.
“Sebetulnya tidak seperti itu,” kata Rano di Jakarta, Sabtu.
Rano Karno tidak menampik bahwa memang ada diskusi mengenai kepindahan siswa, namun konteksnya sangat spesifik dan kasuistik, bukan fenomena massal.
Ia menjelaskan bahwa permintaan tersebut datang dari orang tua siswa yang anaknya mengalami kondisi cukup parah akibat dampak ledakan.
Pertimbangan orang tua tersebut bukan semata-mata karena takut akan sekolahnya, melainkan faktor logistik dan kesehatan. Jarak antara rumah dan sekolah yang cukup jauh menjadi pertimbangan utama demi memudahkan proses pemulihan sang anak.
Baca Juga:Taksi Oleng Tabrak Pembatas Jalan Layang Pesing Telan Korban
Merespons hal ini, Pemprov DKI Jakarta menunjukkan sikap suportif. Rano mempersilakan dan siap memfasilitasi jika memang ada siswa yang ingin pindah demi kebaikan kondisi fisiknya. Namun, untuk mayoritas siswa lainnya, semangat mereka untuk belajar di SMAN 72 Jakarta masih sangat tinggi.
“No, mereka ingin tetap terus bersekolah di sana,” kata Rano.
Bagi generasi muda, aspek kesehatan mental pascabencana adalah hal yang krusial. Pemprov DKI Jakarta menyadari bahwa luka psikis kadang lebih sulit sembuh daripada luka fisik. Oleh karena itu, penanganan tidak hanya fokus pada perbaikan gedung, tetapi juga pemulihan jiwa para siswa.
“Mereka semua turun berikan dukungan psikologis,” kata dia.
Senada dengan Wakil Gubernur, Kepala Sekolah SMAN 72 Jakarta, Tety Helena Tampubolon, turut angkat bicara untuk meredam spekulasi liar. Ia membenarkan klarifikasi yang disampaikan Rano Karno dan menegaskan bahwa kabar eksodus siswa adalah hoaks.
“Itu isu yang tidak benar,” kata dia.