Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Senin, 28 September 2020 | 12:36 WIB
Dimas Cahyo Prasetyo Siswa Kelas 5 SDN 3 Sawangan Depok, mengerjakan soal UTS sambil dagang makanan ringan di depan ruko Baby Wise Shop, Rawa Buntu, Serpong, Kota Tangsel, Senin (28/9/2020). (Suara.com/Wivy)

SuaraJakarta.id - Pemerintah hingga saat ini masih melarang aktivitas belajar tatap muka di sekolah, lantaran masih pandemi Covid-19.

Akibatnya, aktivitas belajar dialihkan secara online. Tapi, ada beberapa siswa yang kesulitan untuk melakukan belajar online. Faktornya, mereka tidak memiliki fasilitas belajar tersebut, seperti smartphone dan biaya kuota internetnya.

Salah satunya, dialami oleh Dimas Cahyo Prasetyo. Siswa SDN 3 Sawangan Depok itu, terpaksa harus belajar sambil berdagang makanan ringan bersama ibunya.

Sejak aktivitas di sekolah dihentikan dan dialihkan ke online, Dimas yang kini duduk dibangku kelas 5 SD itu ikut berjualan di depan ruko Baby Wise Shop di Jalan Boulevard, Lengkong Gudang, Rawa Buntu, Kecamatan Serpong, Tangsel.

Baca Juga: Bunuh Anak Sendiri, Pasutri Kubur Jasad Keysya seperti Makamkan Kucing

Padahal, Dimas tinggal di Jalan Bedahan RT 2 RW 4, Kelurahan Sawangan, Depok.

Untuk sampai di tempatnya jualan makanan ringan, Dimas dan ibunya Astri Suprapti harus naik angkutan umum dua kali yakni dari Parung ke Cilenggang, kemudian dari Cilenggang ke Rawa Buntu.

Dimas, terpaksa ikut berjualan bersama ibunya lantaran agar ada yang membantunya belajar.

"Kalau di rumah, bingung nggak ada yang bantu ngerjain tugas-tugas. Kadang suka ketinggalan sehari-dua hari kalau nggak ikut ibu. Karena ibu kan dagang malam, jadi kasihan kalau diganggu lagi," kata Dimas saat ditemui di depan ruko Baby Wise Shop, Rawa Buntu, Serpong, Senin (28/9/2020).

Dimas mengaku, kesulitan dalam mengikuti belajar online lantaran tidak memiliki handphone.

Baca Juga: Terkuak, Fakta Baru Pembunuhan Bocah Keysya oleh Ortu Gegara Belajar Online

Selama belajar online, Dimas meminjam handphone ayahnya untuk absen pagi dan mencatat tugas.

"Jadi kalau ada tugas, dicatat dulu. Ditandain di buku paketnya. Soalnya handphonenya kan dibawa sama ayah," ungkap Dimas.

Anak kedua dari empat bersaudara itu menuturkan, dirinya sudah mendapatkan bantuan kartu perdana internet sebesar 10 giga byte.

Tetapi, tidak bisa dipakai lantaran kuota internet yang bisa dimanfaatkan hanya 100 mega byte. Sisanya, untuk aplikasi pembelajaran lain.

"Tapi nggak bisa dipakai buat akses internet, WhatsApp aja kadang susah. Jadi terpaksa minta beliin kuota internet lagi ke ibu. Sehari Rp 5 ribu," tutur anak 12 tahun itu.

Terlebih, saat ini Dimas sedang mengikuti ulangan tengah semester (UTS).

Dia tidak bisa lepas dari ibunya untuk membantu mengerjakan soal-soal UTS tersebut.

Sementara itu ibunya, Astri mengaku, sebetulnya aktivitas belajar online itu menambah dirinya semakin stres.

"Kalau dibilang stres mah stres bang, repot, puyeng, tapi mau gimana lagi. Ya jalankan aja, namanya juga kondisinya lagi begini," ungkap Astri.

Dalam sehari, Astri membawa 13-15 makanan ringan berupa makaroni, kerupuk pangsit dan lainnya.

Makanan itu dijual seharga Rp 25 ribu.
Sebelum jualan di Serpong, Astri pernah berdagang minuman di kantor RCTI, Trans7, dan lainnya di sekitar Jalan MH Tamrin, Jakarta sebelum adanya pandemi Covid-19 dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Meski puyeng, lantaran harus meladeni anaknya yang mengerjakan tugas, tetapi ada hikmah yang diambil dalam situasi saat ini.

"Ada hikmahnya, sekarang bisa dampingin belajar karena sebelumnya sibuk kerja mulu. Paling kesel kalo pelajaran Matematika, karena kita udah nggak ngerti. Terus saya liat contohnya di YouTube minta tolong sama karyawan di toko Baby Wise Shop ini," pungkasnya.

Kontributor : Wivy Hikmatullah

Load More