Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Senin, 05 Oktober 2020 | 20:22 WIB
Muhamad Rizki (Suara.com/Wivy)

SuaraJakarta.id - Hingga saat ini, pemerintah belum membolehkan para siswa belajar secara normal di sekolah dan masih mengandalkan belajar online.

Para siswa pun, harus siap sedia paket data internet agar bisa ikut belajar online. Tetapi, tidak semua mampu membeli kuota data internet tersebut.

Hal itu, dialami oleh Muhamad Rizki salah satu siswa kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Kota Tangerang Selatan.

Agar bisa ikut belajar online, Rizki harus datang ke Kantor Kecamatan Serpong untuk numpang sambungan internet secara gratis.

Baca Juga: Pembelajaran Online dan Persoalan Kuota Internet

Rizki mulai datang ke Kecamatan Serpong antara pukul 07.30 atau 08.00 WIB. Dia memilih belajar di belakang kantor Kecamatan Serpong tempat penyimpanan barang bekas dan pembuangan sampah.

Pelajar 14 tahun itu, memilih tempat tersebut, lantaran sudah terbiasa nongkrong bersama teman-temannya yang juga sama-sama belajar online dengan numpang WIFI gratis kecamatan.

Rizki bilang, dia sengaja belajar online di kantor kecamatan itu lantaran tidak sanggup membeli kuota internet.

"Nggak punya paket internet karena nggak ada uang buat beli paket internetnya," katanya kepada suara.com ditemui di belakang Kantor Kecamatan Serpong, Senin (5/10/2020).

Rizki mengaku, dia termasuk keluarga yang tidak mampu. Dia merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Baca Juga: Subsidi Kuota Data Internet dan Efektivitas Pembelajaran di Masa Pandemi

Ibunya bernama Nur'aini yang sempat ramai diberitakan lantaran tinggal di rumah yang tidak layak huni. Dindingnya hanya triplek dan atapnya dari bambu yang sudah mulai keropos.

Ayahnya, sudah meninggal sekira dua bulan lalu. Sedangkan ibunya, hanya berjualan mie rebus dan kopi dekat runahnya di Kampung Jaletreng, Serpong.

Awal pembelajaran online, Rizki mengaku kesulitan lantaran handphone yang ia miliki tidak memadai digunakan belajar online.

"Karena suka ketinggalan ikut belajar online. Ibu akhirnya pinjam uang ke bank keliling Rp200 ribu buat nambahani beli handphone. Yang lama dijual Rp 200 ribu. Ditambah sama uang santunan, alhamdulilla bisa beli handphone Xiaomi bekas. Terpenting bisa ikut belajar," beber Rizki.

Pelajar yang hobi bermain futsal itu menuturkan, dirinya sudah pernah mendapat bantuan kuota dari sekolah berupa kartu perdana 10 GB.

"Iya, cuma sekali. Kalau enggak salah bulan September. Sekarang udah habis, enggak dipake lagi. Mau isi kuotanya juga mahal, enggak ada duit," ungkapnya.

Kalau pun bisa beli kuota sendiri, Rizki mengandalkan paket kuota Tri Rp 10 ribu, dapat 6 GB dan bisa dipakai tiha hari.

"Sebulan paling sekali beli kuotanya. Itu juga kalo ibu lagi ada duit atau dikasih sama teteh," kata Rizki.

Setiap harinya, Rizki belajar online satu mata pelajaran.

Biasanya, bisa 3-3,5 jam. Dia berharap, aktivitas belajar di sekolah segera normal kembali.

"Jadi nggak perlu belajar di kantor kecamatan lagi. Enakan belajar di sekolah, enggak ribet belajar online. Belajar juga bisa efektif kalau di sekolah," pungkasanya.

Kontributor : Wivy Hikmatullah

Load More