Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Minggu, 15 November 2020 | 16:32 WIB
Lukisan foto Syech Muhammad Yusuf atau Si Pitung dari Depok. [Ist]

Kegetiran tersebut, membuat Syech Muhammad Yusuf mengumpulkan bala pasukan Hizbullah dari berbagai daerah yang berjumlah ribuan, untuk melawan penjajah.

Beliau berhasil membumihanguskan Batalyon 10 di Lapangan Banteng, yang mana merupakan markas penjajah Belanda di Batavia (Jakarta).

"Penindasan penjajah, membuat Engkong Usuf mengumpulkan pasukan perang yang berasal dari anggota silat. Dalam waktu 2 jam, penjajah Belanda berhasil dikalahkan oleh beliau. Karena itu, beliau mendapat julukan Si Pitung," jelasnya.

"Konon Syech Yusuf tidak mempan ditembak, tidak mempan diledakkan dengan bom, bahkan bisa menghilang dari sergapan dan kepungan Belanda. Setelah itu, perjuangan Syech Yusuf terus dilanjutkan," sambungnya.

Baca Juga: Rumah Si Pitung Destinasi Bersejarah di Marunda

Setelah sukses membumihanguskan pasukan Belanda di Lapangan Banteng, Syech Muhammad Yusuf dengan pasukan Hizbullah lantas membumihanguskan karesidenan Depok pada tahun 1890.

"Engkong saya meninggal dunia pada usia 114 tahun pada tahun 1971. Uniknya 114 sama dengan sebanyak surat yang ada dalam Al Quran. Karena beliau memang mengamalkan dan membaca Surat Yasin sebanyak 1.000 kali selama 40 hari," tuturnya.

Makam Syech Muhammad Yusuf pejuang kemerdekaan di kawasan Perumahan Pesona Khayangan Kota Depok, Minggu (15/11/2020). [Suara.com/Supriyadi]

Guru Bung Karno

Selain seorang pejuang kemerdekaan, Syech Muhammad Yusuf juga ulama. Ia banyak memiliki murid yang ternama.

Salah satunya presiden pertama Indonesia, Presiden Soekarno.

Baca Juga: Masjid Al Alam, Tempat Persembunyian Si Pitung

"Presiden Soekarno adalah murid langsung beliau. Bung Karno juga sering datang ke rumah Syech Muhammad Yusuf di Depok bersama anaknya Bu Megawati dengan diantar sopirnya bernama Matarib," kata Ustaz Fachruddin.

Load More