SuaraJakarta.id - Pemerintah diminta segera merespons tuntutan pengrajin tempe dan tahu terkait kenaikan harga kedelai yang mengakibatkan mereka mogok kerja. Tindakan pemerintah diperlukan guna menjamin kelangsungan para pengrajin agar dapat terus memproduksi tempe dan tahu tanpa perlu khawatir.
"Pemerintah harus segera merespons tuntutan pengrajin tahu tempe sehingga pengerajin tetap melakukan usahanya tanpa was-was akan pasokan. Soal kenaikkan harga harus disesuaikan karena harga tergantung dari negara eskportir," kata Wakil Ketua Komisi IV DPR Daniel Johan saat dihubungi, Senin (4/1/2021).
Terkait ketergantungan kedelai impor, Daniel mengingatka perihal pemerintah yang sejak 2016 menargetkan swasembada kedelai pada tahun 2020. Namun, kata dia, faktanya sampai saat ini target tersebut masih jauh dari harapan.
Daniel menuturkan, diperlukan grand startegi dalam mengatasai masalah kedelai. Di mana dalam jangka pendek pemerintah harus segera memantau fluktuasi harga dengan memastikan bahwa stok yang sudah ada di gudang-gudang agar tidak dijual di pasaran dengan harga yang tinggi.
Baca Juga: Tengku: Pengrajin Tahu Tempe Mogok Produksi, Sabar, Mau Apalagi?
"Jika pemerintah bisa mensubsidi harga kepada pengerajin akan sangat baik, namun jika tidak paling tidak pasokan tidak terganggu," ujar Daniel.
Sebelumnya Anggota Komisi IV DPR Johan Rosihan meminta langkah kebijakan yang cepat dan tepat guna mengatasi pangkal persoalan aksi mogok produsen tahu tempe di berbagai daerah.
Johan mengatakan prihatin atas meroketnya harga kedelai yang berdampak serius terhadap kelangsungan usaha dari ribuan UKM serta terjadinya mogok produksi produsen tahu dan tempe.
Menurut dia, lonjakan harga kedelai disebabkan karena ketergantungan dengan impor dan lemahnya tata kelola perniagaan kedelai lokal.
"Saat ini pemerintah harus sadar bahwa ketergantungan impor pasti berdampak serius terhadap stabilitas harga dan ketahanan pangan kita," kata Johan, hari ini.
Baca Juga: Harga Kedelai Meroket, Bagaimana Imbasnya Terhadap Inflasi?
Untuk mengatasi gejolak harga kedelai saat ini, Johan mendorong agar segera memberdayakan para petani kedelai lokal serta mengelola harga jualnya agar tidak kalah bersaing dengan produk impor.
Pemerintah diharapkan segera mengambil kebijakan stabilisasi harga kedelai untuk menyelamatkan keberlangsungan usaha dari produksi tahu dan tempe.
"Apalagi pada masa pandemi ini harus ada prioritas untuk membantu ribuan usaha kecil menengah berbasis pemberdayaan produk lokal agar ekonomi nasional segera pulih," ujar Johan.
Ia mengingatkan realisasi luas panen tanaman kedelai selama 2020 hanya mencapai 40,04 persen dari target yang telah ditetapkan pemerintah.
Untuk itu, ujar dia, pemerintah perlu memberikan perhatian serius kepada petani kedelai lokal dan fokus mengembangkan kawasan komoditas kedelai terutama kawasan utama kedelai di empat provinsi, yakni Jatim seluas 78.937 hektare, Jateng seluas 39.248 hektare, Jabar seluas 37.393 hektare serta NTB seluas 30.864 hektare.
"Saya minta pemerintah segera melakukan langkah pengembangan kawasan utama kedelai seluas 127.419 hektare untuk peningkatan produktivitas dan melakukan ekstensifikasi agar kita tidak lagi tergantung dengan impor kedelai," katanya.
Johan mendesak pemerintah untuk bekerja keras pada tahun 2021 ini untuk meningkatkan produksi kedelai lokal karena tahun 2020 angka produksi kedelai hanya mencapai 0,323 juta ton, jauh lebih rendah dibanding tahun sebelumnya.
Aksi mogok produksi yang dilakukan perajin tahu dan tempe wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi berlangsung sejak Kamis (31/12/2020). Aksi yang dipicu naiknya harga kedelai, akan berakhir pada Minggu (3/1/2021).
Ketua Bidang Hukum Sedulur Pengrajin Tahu Indonesia Fajri Safii dalam keterangan tertulis, Sabtu (2/1/2020) mengatakan aksi mogok produksi tersebut terpaksa dilakukan mengingat harga kedelai naik hingga 35 persen.
Menurut dia, saat ini lonjakan harga kedelai mencapai kisaran Rp9.000 sampai Rp10.000. Sedangkan, harga kedelai pada bulan lalu, ungkapnya, hanya di kisaran Rp7.000 sampai Rp7.500.
"Kenaikan harga kedelai sebesar itu menyebabkan para pengrajin tahu mogok produksi karena tidak sanggup lagi membeli kedelai," kata Fajri Safii.
Berita Terkait
-
17 Alasan Mengapa Tempe adalah Makanan Sehat Terbaik untuk Semua Usia
-
Pamer Masak Bareng Emak-emak, Komeng: Mending Goreng Tempe daripada Goreng Pilkada
-
Menguak Keistimewaan Tempe: Lauk Kaya Gizi yang Disinggung Celine Evangelista sebagai 'Makanan Orang Miskin'
-
Sindir Tempe Makanan Orang Miskin, Ini 6 Kontroversi Celine Evangelista yang Bikin Heboh Media Sosial
-
Singgung Tempe Makanan Orang Miskin, Celine Evangelista Dicibir: Belinya Juga Pakai Duit, Bukan Cinta
Terpopuler
- Diminta Cetak Uang Kertas Bergambar Jokowi, Reaksi Bank Indonesia di Luar Prediksi: Kalau Gitu...
- Ragnar Oratmangoen Akui Lebih Nyaman di Belanda Ketimbang Indonesia: Saya Tidak Menonjol saat...
- Warga Jakarta Jangan Salah Nyoblos Besok, YLBHI Bongkar 'Dosa-dosa' Cagub Nomor Urut 2 Dharma Pongrekun
- Pelatih Jay Idzes: Saya Tidak Senang, Ini Memalukan!
- Pratiwi Noviyanthi Ditinggal Pengacara Usai Tak Mau Selesaikan Kisruh Donasi Pengobatan Agus Salim
Pilihan
-
Dirut Baru Garuda Langsung Manut Prabowo! Harga Tiket Pesawat Resmi Turun
-
Pandji Pragiwaksono Sindir Sembako 'Bantuan Wapres Gibran' Pencitraan: Malah Branding Sendirian
-
Bansos Beras Berlanjut Hingga 2025, Siapa Saja yang Dapat?
-
Review Jelly Master, Game Mukbang Gratis yang Menggemaskan
-
Tak Ada Muka Jokowi, Ini Daftar Pahlawan di Uang Kertas Rupiah
Terkini
-
Anis Yakin Pramono-Rano Karno Menang Satu Putaran di Pilkada Jakarta 2024
-
Bakal Didaur Ulang, KPU DKI Jakarta Pastikan Sisa Surat Suara Tak Jadi Bungkus Gorengan
-
Dukung Persija Bangun Stadion Sendiri, Rizky Ridho Berharap Cepat Terealisasi
-
Persija Ditinggal 3 Pemain, Carlos Pena Siap Maksimalkan Skuat yang Ada
-
Bank Mandiri dan Tzu Chi Luncurkan Kartu Kredit Berbasis Donasi dan Layanan Filantropi Digital di Livin'