Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Kamis, 28 Januari 2021 | 06:30 WIB
Petugas mengusung peti berisi jenazah Covid-19 untuk dimakamkan. [Suara.com/Angga Budhiyanto]

SuaraJakarta.id - Sedih dan kecewa. Itulah yang ada di benak para petugas jasa pikul jenazah Covid-19 di Tempat Pemakaman Umum atau TPU Cikadut saat ini.

Mereka melakukan aksi 'boikot' dengan menolak mengangkut peti jenazah Covid-19 ke tempat peristirahatan terakhir di TPU Cikadut, Rabu (27/1/2021).

Padahal saat itu ada tiga jenazah Covid-19 yang harus dimakamkan di TPU Cikadut.

Dampaknya, pihak keluarga terpaksa harus memanggul sendiri peti jenazah kerabat mereka yang wafat akibat Covid-19 dari tempat parkir hingga liang kubur.

Baca Juga: Ambulans Jenazah COVID-19 Nyasar Gara-gara Google Maps, Ini Kesaksian Warga

Jarak antara parkiran dengan liang kubur di TPU Cikadut, Kota Bandung, lumayan cukup jauh sekitar 400 meter.

Pemakaman jenazah Covid-19 di TPU Cikadut, Kota Bandung, Rabu (27/1/2021). [Foto: Ayobandung.com]

Koordinator Jasa Pikul Jenazah Covid-19 TPU Cikadut Bandung, Fajar mengungkapkan alasan ia dan rekan-rekannya mogok kerja.

Fajar mengatakan pihaknya tersinggung dengan pernyataan Wali Kota Bandung Oded M Danial yang menyebut mereka melakukan pungutan liar (pungli).

"Dikatakan pungli yang terlontar dari akunnya Mang Oded. Ada juga kata-kata bahwa kita masih aja tega disaat-saat ada jenazah kita memanfaatkan. Terus ada kata-kata kita itu berbisnis," ujarnya dikutip dari Ayobandung.com—jaringan Suara.com—Kamis (28/1/2021).

Fajar menegaskan bahwa pihaknya tak pernah melakukan pungli dalam proses pemakaman jenazah Covid-19.

Baca Juga: Miris! Keluarga Gotong Sendiri Jenazah COVID-19 di Pemakaman Cikadut

"Kalau setahu saya yang namanya pungli itu seperti meminta uang tanpa pekerjaan itu pungli, namun kita kan di sini keluar keringat, kita bekerja, kita mengeluarkan jasa," ujarnya.

"Si ahli waris memberi mungkin dengan rasa ikhlas mungkin itu tidak bisa disebut pungli," sambungnya.

Petugas jasa pikul jenazah Covid-19 TPU Cikadut, Kota Bandung, Rabu (27/1/2021). [Foto: Ayobandung.com]

Lebih lanjut, Fajar mengatakan ia dan rekan-rekannya juga sama seperti manusia pada umumnya yang tersinggung bila disebut pungli.

Terlebih tak sedikit warganet yang menghujat mereka dengan dugaan melakukan pungli.

"Kita bukan tidak ada rasa kemanusiaan untuk menolong lagi gitu kan. Namun, kita juga memiliki perasaan lah, karena banyaknya hujatan dari netizen. Bahkan dari instansi pejabat sekalipun kata-katanya mungkin kurang pas buat kita, dan kita hentikan aktivitas memikul dan mengantarkan jenazah," ucapnya.

"Dari tadi pagi ada tiga jenazah yang datang. Kita biarkan begitu saja dan jenazah tersebut terabaikan. Alasan kita berhenti memikul karena kita sudah diabaikan selama 11 bulan tanpa ada perhatian dari pemerintah. Mungkin saatnya sekarang pemerintah memerhatikan kita di sini, bahwa kita itu ada disini," jelas Fajar.

Fajar juga berharap Pemkot Bandung memperhatikan status petugas jasa pikul makam Covid-19 dengan menjadikan sebagai pekerja harian lepas (PHL) secara permanen.

"Memang sudah ada informasi mau ada merekrut teman-teman kita. Namun merekrut di masa pandemi saja tidak permanen. Padahal harapan kita maunya kita direkrut sebagai pekerja PHL permanen," ucapnya.

Keluarga jenazah Covid-19 panggul sendiri peti mati dari parkiran ke liang lahat di TPU Cikadut, Kota Bandung, Rabu (27/1/2021). [Ayobandung.com]

Fajar menjelaskan aksi mogok kerja ini akan dilakukan hingga ada kejelasan dan permintaan maaf dari pihak Pemkot Bandung terhadap petugas jasa pikul jenazah Covid-19 di TPU Cikadut.

"Mungkin kita gelar sampai ada keputusan dari pemerintah kepada kita ya kejelasan. Kita sebenarnya sudah memaafkan. Cuma alangkah baiknya, bila si pejabat tersebut meminta maaf kepada rekan-rekan kami yang sudah tersudutkan di sosmed," pungkasnya.

Load More