Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Kamis, 29 April 2021 | 08:05 WIB
Ustaz Yahya Edward Hendrawan berpenampilan ala badut saat mengajar ngaji bocah-bocah Panti Asuhan Darussalam, Pinang, Kota Tangerang. [SuaraJakarta.id/Muhammad Jehan Nurhakim]
Ustaz Yahya Edward Hendrawan ditemani putranya, Bocil, berpenampilan ala badut saat mengajar ngaji bocah-bocah Panti Asuhan Darussalam, Pinang, Kota Tangerang. [SuaraJakarta.id/Muhammad Jehan Nurhakim]

Atraksi Badut

Interaksi antar Yahya dan murid-murid itu sesekali dilakukan. Seperti saat Yahya menunjuk sejumlah murid untuk mengulangi pelafalan ta'awudz yang dia ajarkan.

Meski ada beberapa murid yang belum sempurna melafalkan ta'awudz, Yahya selalu menyemangati mereka agar lebih menyempurnakan pelafalannya.

Di sela-sela pembelajarannya, Yahya memberikan sedikit aksi. Agar anak-anak tidak merasa bosan dengan pengajarannya.

Baca Juga: Kembali Dibuka, Wawalkot Tangsel Ancam Tutup Bioskop Jika Langgar Prokes

Dia mengeluarkan sebuah buku berwarna hitam. Saat buku itu dibuka, muncul sedikit kobaran api. Dia lantas menutup buku itu.

Kemudian, Yahya membuka kembali bukunya dan tiba-tiba terbang sebuah merpati putih dari buku tersebut.

Tak terasa satu jam sudah berlalu. Kelas mengaji pun berakhir sekitar pukul 14.23 WIB.

Ustaz Yahya Edward Hendrawan berpenampilan ala badut saat mengajar ngaji bocah-bocah Panti Asuhan Darussalam, Pinang, Kota Tangerang. [SuaraJakarta.id/Muhammad Jehan Nurhakim]

Abu Nawas Moderen

Ditemui usai mengajar, Yahya mengaku terinspirasi mengajar ngaji dengan pakaian badut setelah mendapatkan pesan dari gurunya.

Baca Juga: Setahun Mati Suri, Bioskop di Tangsel Buka Lagi, Duduk Berjarak Satu Meter

Ketika itu, gurunya menyarankan Yahya untuk menjadi Abu Nawas yang moderen.

"Saya dalam mengajar ini, dari guru saya yang menyarankan saya menjadi sosok badut syariah," ujar Yahya.

"Kenapa? Karena guru saya punya pola pikir ingin saya menjadi Abu Nawas moderen, yang ceria dan jenaka, biar anak anak tambah ceria, tambah bersemangat dalam mengaji untuk datang ke majelis taklim ini, " sambungnya.

Yahya mengatakan mulai mengajar ngaji dengan pakaian badut sejak tahun 2010. Dirinya menceritakan bahwa anak-anak awalnya merasakan takut.

Namun, seiring berjalannya waktu, anak-anak sudah merasa tak takut lagi. Kini, mereka merasa senang dengan keberadaanya.

"Alhamdulillah, awalnya memang anak-anak ada yang takut. Tapi hanya 1-2 hari mereka sudah berani lagi. Mereka pun jadi sangat senang dengan kehadiran saya," tuturnya.

Load More