SuaraJakarta.id - Itikaf di bulan Ramadhan merupakan sunnah Nabi Muhammad SAW. Rasulullah melakukan pada 10 hari terakhir Ramadhan.
Karena di momen itu Allah SWT menurunkan malam mulianya yakni Lailatul Qadar.
"Tidak diragukan lagi bahwa ibadah yang sangat galak dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW ketika masuk 10 terakhir Ramadan ialah beritikaf," kata Ustaz Ahmad Zarkasih dalam bukunya "Meraih Lailalatul Qadr Haruskah Itikaf".
Ustaz Ahmad menerangkan, itikaf yaitu berdiam diri di masjid dengan segala kegiatan ibadah.
Namun kaitannya dengan malam Lailatul Qadar itu bukanlah kaitan syarat dengan yang disyarati. Itikaf bukanlah syarat untuk mendapatkan malam Lailatul Qodar.
"Tapi jika mampu beritikaf mengapa tidak? Karena itu ialah sunnah yang sangat besar pahalanya," katanya dikutip dari Ayobandung.com—jaringan Suara.com—Kamis (6/5/2021).
Bahkan, kata Ustaz Ahmad, Itikaf merupakan sunnah yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi Muhammad SAW selama 10 terakhir Ramadhan sepanjang hidup beliau.
"Aisyah RA bercerita bahwa: “Nabi SAW (selalu) beritikaf di sepuluh terakhir bulan Ramadhan sampai Allah SWT mewafatkan beliau” (HR Bukhori & Muslim).
Tapi sesungguhnya, malam Lailatul Qodar tidaklah dikhususkan untuk mereka yang beritikaf saja.
Baca Juga: Salat Tarawih di Masjid Agung Kota Solo yang Satukan Dua Mazhab
Tapi siapapun yang ketika malam itu menghidupkan malamnya dengan ibadah sebagaimana disebutkan dalam penjelasan di atas.
"Barang siapa yang menghidupkan malam Lailatul Qodar dengan Iman dan Ihtisab (mengharapkan pahala), niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lampau” (HR Bukhori)."
Bagi mereka yang harus masih bekerja di malam hari, ia terhalang untuk bisa beri’tikaf. Juga bagi wanita yang tidak bisa beri’tikaf karena mendapatkan dirinya delam keadaan tidak suci dan mereka-mereka ini masih punya kesempatan juga untuk mendapatkan kemualian malam lailatul Qodr.
"Dan I’tikaf itu sendiri bukanlah suatu kewajiban," katanya.
Hanya saja kata Ustaz Ahmad, memang dengan beritikaf, kesempatan untuk terus beribadah sangatlah terbuka lebar.
Orang yang itikaf bagaimanapun keadaannya di masjid, ia tetap terhitung sebagai orang yang beritikaf dan tentu saja itu dalam ibadah, walaupun ia tidur.
Berita Terkait
-
Bisa Bela Timnas Indonesia Tanpa Naturalisasi, Penyerang Tajam Ini Menggila di Negeri Minyak
-
Netizen Malaysia Kena Semprot Manajer Iqbaal Ramadhan, Dituding Ambil Video Diam-Diam
-
Calon Pengganti Ole Romeny, Striker Rp4,78 Miliar Menggila di Luar Negeri
-
Benarkah Telinga Berdenging Pertanda Panggilan Nabi Muhammad SAW? Ini Kata Buya Yahya
-
Prabowo Subianto Dipuji Setinggi Langit, Begini Kata Ramadhan Pohan
Terpopuler
- Bukan Jay Idzes, Pemain Keturunan Indonesia Resmi Gabung ke AC Milan Dikontrak 1 Tahun
- Roy Suryo Desak Kejari Jaksel Tangkap Silfester Matutina: Kalau Sudah Inkrah, Harus Dieksekusi!
- Skincare Reza Gladys Dinyatakan Ilegal, Fitri Salhuteru Tampilkan Surat Keterangan Notifikasi BPOM
- Selamat Datang Jay Idzes! Klub Turin Buka Pintu untuk Kapten Timnas Indonesia
- Jelajah Rasa Nusantara dengan Promo Spesial BRImo di Signature Partner BRI
Pilihan
-
Aremania Wajib Catat! Manajemen Arema FC Tetapkan Harga Tiket Laga Kandang
-
Kevin Diks Menggila di Borussia-Park, Cetak Gol Bantu Gladbach Hajar Valencia 2-0
-
Calvin Verdonk Tergusur dari Posisi Wingback saat NEC Hajar Blackburn
-
6 Smartwatch Murah untuk Gaji UMR, Pilihan Terbaik Para Perintis 2025
-
3 Film Jadi Simbol Perlawanan Terhadap Negara: Lebih dari Sekadar Hiburan
Terkini
-
Penyiraman Air Keras di Jakarta Utara, Polisi Tangkap Empat Pelaku yang Masih Pelajar
-
Aksi Koboi Jalanan Pengemudi Pajero di Tangsel, Ngaku Aparat Acungkan Pistol Gegara Cekcok Klakson
-
Semangat Kemerdekaan dalam Fashion: Masih Relevan Setelah 37 Tahun
-
Sosok Presiden Direktur Pertama PT Nissen Chemitec Berpulang dalam Insiden Tragis
-
Bos Perusahaan Otomotif Asal Jepang Tewas dalam Kecelakaan di Tol Karawang Barat