Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Jum'at, 28 Mei 2021 | 12:23 WIB
Rumah hantu jadi urban legend Jakara atau legenda masyarakat urban. (ist)

SuaraJakarta.id - Rumah hantu jadi urban legend Jakarta atau legenda masyarakat urban. Rumah hantu disematkan karena telah lama ditinggalkan sang pemilik dalam jangka yang cukup panjang.

Masyarakat urban percaya rumah itu jadi tempat berkumpul hantu. Tentu ini hanya kepercayaan saja, tidak ada bukti.

Cerita dari mulut ke mulut rumah hantu jadi urban legend di Jakarta. Terlebih ada bumbu cerita tempat terjadinya kebakaran, bunuh diri, hingga pembunuhan.

Paling tidak ada 5 rumah hantu Jakarta yang jadi urban legend di Jakarta:

Baca Juga: 5 Spot Foto di Kota Tua, Bawa Gebetan Pasti Langsung Jadian

1. Rumah Kentang Prapanca

Rumah Kentang (ist)

Terletak di kawasan Prapanca, Dharmawangsa. Cerita mistis pertama berasal dari sebuah rumah yang konon dulu ditinggali seorang ibu dan anaknya.

Pada hari itu sang ibu sedang merebus kentang di sebuah kuali besar, saat ibu tengah menunggu kentang yang direbus ia tertidur di kamarnya.

Tak disangka anaknya yang masih kecil bermain ke dapur dan tak sengaja sang anak terjatuh ke dalam kuali panas itu. Tragisnya anak tersebut tak dapat diselamatkan alias meninggal dunia.

Tragedi itulah yang membuat rumah ini anker. Kabarnya kalau kamu melintas di depan rumah ini akan tercium aroma rebusan kentang atau terdengar tangisan anak kecil.

Baca Juga: Seram! Desa Ini Siapkan Rumah Hantu untuk Karantina Pemudik

Kalau berani coba aja buktikan sendiri.

2. Rumah Pondok Indah

Rumah Pondok Indah (ist)

Rumah Pondok Indah yang terletak di Jalan Metro ini kabarnya sampai diratakan dengan tanah tak ada kejelasan siapa pemiliknya.

Menurut cerita tahun 80an di rumah dihuni oleh tujuh orang warga negara asing. Pada suatu hari rumah tersebut kerampokkan.

Semua orang yang tinggal di rumah tersebut dibunuh termasuk anak-anak dan pembantunya.

Terdengar pula cerita tentang seorang penjual nasi goreng keliling yang berjualan di depan rumah tersebut, ia diminta membuatkan nasi goreng oleh seseorang dari rumah tersebut.

Setelah itu ia mengantarkan pesanan tadi ke dalam rumah, sejak saat itulah tidak lagi terlihat si penjual nasi goreng hingga sekarang.

3. Menara Saidah

Gedung Menara Saidah di Jalan MT Haryono, Jakarta, Selasa (18/10).

Terletak di Jalan Letjen M. T. Haryono berdiri sebuah bangunan yang dulunya dijadikan sebagai gedung perkantoran. Dulunya Kementrian Percepatan Pembangunan Indonesia Timur menyewa lantai 18 untuk dijadikan kantor.

Selain sudah lama terbengkalai, gedung ini dikabarkan dibangun di atas kuburan.

Salah satu sosok sosok yang paling terkenal adalah perempuan berbaju merah yang menghuni lantai 3, sosok hantu ini kerap menampakkan diri dan berbuat usil.

Pernah seorang satpam diminta untuk mengantarkannya ke lantai 14 untuk menemui adiknya, ketika di dalam lift tiba tiba perempuan ini telah menghilang. Satpam tersebut kaget dan kembali ke lantai dasar dengan keadaan pingsan.

4. Toko Merah

Kalau jalan jalan ke Kota Tua kamu pasti melihat bangunan khas Tionghoa yang berwarna merah ini. Diluar tampilan bangunan yang cantik tersimpan cerita sedih sekaligus mistis.

Pasalnya pada tahun 1851, geger Pecinan yaitu pembantaian etnis Tionghoa, banyak mayat mayat ditemukan sepanjang Kali Besar dan salah satunya di dalam toko ini.

Seorang perempuan terbunuh di dalam toko ini. Konon cukup sering terdengar tangisan seorang wanita dan langkah kaki tentara di dalam bangunan ini.

5. Pertokoan Klender

Pasca kerusuhan Mei tahun 1998 merupakam tahun yang kelam. Diketahui pertokoan Kalender sengaja di bakar lantaran alasan kesenjangan sosial.

Masyarakat kelas bawah iri dengan orang yang berbelanja di pertokoan tersebut.

Pada saat mal tersebut dibakar masih banyak pegawai dan pengunjung toko di dalam gedung. Semua pengunjung mencoba mencari jalan keluar namun apa daya usaha mereka gagal.

Setelah kejadian tersebut mulai bermunculan kisah mistis dan terkadang beberapa orang melihat penampakan yang dianggap sebagai korban kebakaran pertokoan Klender

Kontributor : Kiki Oktaliani

Load More