Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Rabu, 22 September 2021 | 22:02 WIB
Kepala BMKG Pusat, Dwikorita Karnawati saat meninjau lapangan dan melakukan simulasi mitigasi bencana [Foto: Beritajatim]

SuaraJakarta.id - Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meminta warga waspada potensi cuaca ekstrem saat memasuki masa peralihan (pancaroba) dari musim kemarau ke musim hujan.

"Cuaca ekstrem berpotensi besar terjadi selama musim peralihan. Mulai dari hujan disertai petir dan angin kencang serta hujan es," kata dia dalam keterangan tertulis, Rabu (22/9/2021).

Dwikorita mengatakan arah angin bertiup sangat bervariasi, sehingga mengakibatkan kondisi cuaca bisa berubah secara tiba-tiba dari panas ke hujan atau sebaliknya.

Namun secara umum, cuaca cerah akan terjadi di pagi hari diikuti tumbuhnya awan pada siang hari dan berakhir dengan hujan yang terjadi pada sore atau malam hari.

Baca Juga: Peringatan BMKG: Cuaca Ekstrem Akan Melanda Sejumlah Daerah

Disebutkan bila awan Cumulonimbus (CB) akan tumbuh saat pagi menjelang siang membentuk seperti bunga kol yang memiliki warna ke abu-abuan dengan tepian yang jelas.

Tetapi menjelang sore hari, awan itu berubah menjadi gelap yang dapat menyebabkan hujan, petir, dan angin.

"Curah hujan dapat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir bandang dan tanah longsor. Karenanya, kepada masyarakat yang tinggal di daerah perbukitan yang rawan longsor, kami mengimbau untuk waspada dan berhati-hati," kata dia.

Deputi Bidang Meteorologi Guswanto mengatakan tanda-tanda terjadinya cuaca ekstrem dapat mulai dirasakan masyarakat yang berada di wilayah Jabodetabek.

Ia memberikan contoh telah terjadi hujan es yang disertai angin kencang terjadi di sekitar kota Depok dan menyebabkan pohon tumbang serta menimbulkan beberapa kerusakan lainnya pada Selasa (21/9/2021).

Baca Juga: Mitigasi Bencana Tsunami, BMKG Memetakan Jalur Evakuasi di Jember

“Kondisi dinamika atmosfer skala lokal yang tidak stabil dengan konektivitas yang cukup tinggi serta didukung dengan adanya kondisi dinamika atmosfer skala regional yang cukup aktif berkontribusi pada pembentukan awan hujan, menjadi faktor pemicu potensi cuaca ekstrem tersebut,” kata Guswanto.

Load More