Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Selasa, 19 Oktober 2021 | 11:05 WIB
Sejarawan TB Sos Rendra (kanan) didampingi petugas menelusuri jejak sejarah bivak Belanda yang kini jadi Kantor Satpas SIM Pembantu Cilenggang, Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]

TB Sos menyebut, dari peperangan itu, KH Ibrahim dan Laskar Rakyat yang sudah terkepung tewas diberondong peluru oleh Belanda. Sehingga, ratusan orang yang ikut dalam rombongan tersebut tewas bersimbah darah, termasuk KH Ibrahim.

"Ini ada kaitannya dengan sejarah Pahlawan Seribu saat Laskar Rakyat menyerang NICA. Sehingga menyebabkan 700 mati. Sebanyak 699 orang dimakamkan di satu lubang, sementara satu lubang lagi untuk KH Ibrahim," ungkap TB Sos.

"Darah dari para pahlawan itu bahkan mencapai selutut orang dewasa dan bertahan berbulan-bulan," tambahnya.

Lama setelah peristiwa berdarah dan mulai bebas dari para penjajah, bangunan bivak itu dibiarkan terbengkalai. Informasi yang dihimpun SuaraJakarta.id, bangunan itu sempat dijadikan warung makan oleh warga yang ada di sekitar.

Baca Juga: Sejarah Piala Thomas Terlengkap, dari Sosok Sir George Alan Thomas

Tetapi, kemudian kembali diubah penggunaannya sebagai kantor Satpas SIM Pembantu Serpong Polres Tangerang Selatan. Diketahui, gedung itu mulai beroperasi sebagai pembuatan SIM pada 2014.

Dahulu, kata TB Sos, dalam bangunan tersebut terdapat sejumlah ruang tahanan atau penjara yang digunakan untuk mengurung warga sekitar oleh Belanda. Tetapi, kini penjara itu tak ada lagi.

Pasalnya, seluruh ruangan di dalamnya sudah dijadikan untuk proses pembuatan SIM. Meski begitu, bentuk bangunannya tetap dipertahankan, masih terlihat bergaya Indis. Temboknya masih sangat kokoh.

"Tapi memang ada beberapa yang sudah diubah. Seperti ruang penjara sudah tidak ada, tempat upacara pasukan Belanda di bagian depan berbentuk bulat juga sudah tidak ada," papar TB Sos.

Baca Juga: Sejarah Perjanjian Roem-Royen, Isi Serta Implikasinya Pada Kemerdekaan Indonesia

Soal status aset sejarah, TB Sos mengaku, hanya mengetahui bahwa aset tersebut sudah milik Polri setelah sengaja disertifikasi oleh salah satu mantan Lurah pengganti yang merupakan seorang perwira kepolisian.

Load More