Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Senin, 06 Desember 2021 | 16:23 WIB
Gunung Semeru yang mengeluarkan awan panas terlihat dari Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Minggu (5/12/2021). [Antara/Ari Bowo Sucipto]

SuaraJakarta.id - Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM Andiani mengingatkan warga agar tidak beraktivitas di daerah aliran sungai yang berhulu di Gunung Semeru.

Seperti daerah aliran Sungai Mujur di Curah Kobokan, Pronowijoyo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Ini demi menghindari bahaya banjir lahar dingin Gunung Semeru.

"Potensi banjir lahar dingin masih ada karena kami melihat di bagian hulu atau puncak gunung masih banyak material-material hasil erupsi gunung api," kata dia, Senin (6/12/2021).

Andini menjelaskan, volume material di puncak Gunung Semeru masih banyak. Terlebih adanya kondisi curah hujan yang meningkat 1-2 bulan ke depan bisa menyebabkan potensi banjir lahar dingin.

Baca Juga: Cuaca Buruk, Proses Pencarian Korban Erupsi Gunung Semeru Dihentikan Sementara

"BMKG menyatakan curah hujan masih 1-2 bulan ke depan tentunya potensi lahar ini juga masih tinggi untuk mengancam di sekitar Semeru, utamanya adalah bukaan kawah yang mengarah ke bagian selatan dan tenggara," jelas Andini.

Sementara itu, Kementerian ESDM menghentikan semua aktivitas pertambangan di zona merah Gunung Semeru, untuk mencegah adanya korban jiwa akibat erupsi maupun awan panas.

Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM, Ediar Usman mengatakan, Gunung Semeru masih berpotensi mengeluarkan lahar dan awan panas guguran. Sehingga kawasan pertambangan harus dikosongkan.

"Kami sepakat untuk kegiatan yang ada di zona merah harus dikosongkan karena sangat mungkin masih ada potensi untuk terjadinya lahar ataupun awan panas guguran," ujarnya dalam konferensi pers, Senin.

Erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Sabtu (4/12/2021) sore, mengakibatkan awan tebal menyelimuti langit Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Baca Juga: Evakuasi Korban Erupsi Gunung Semeru

Load More