Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Sabtu, 25 Desember 2021 | 15:58 WIB
Mantono, atau yang akrab disapa Dejan, pegawai muslim yang bekerja sebagai asisten pastoran di Gereja Santo Laurensius, Kota Tangerang Selatan. [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]

Seiring waktu berjalan, Mantono mulai terbiasa dengan pekerjaanya. Dia tak lagi menghiraukan pandangan negatif pada dirinya.

Dia mencoba berpegang teguh pada pendiriannya bahwa pekerjaan yang dilakukannya halal meski berkerja di tempat ibadah agama lain.

"Awal-awal saudara sama teman pada nanya, heran saya kerja di gereja. Saya pandang sih kalau kita kerja ikhlas dan apa adanya, kalau ada yang ngejek sebelah mata kerja di gereja, yang penting saya kerjanya halal. Nggak ada rasa minder, kecuali kita nggak baik, kemungkinan nggak enak," katanya.

"Kalau menurut saya sama aja di mana tempat kita bekerja yang penting halal. Kalau kita niatnya baik Insya Allah. Saya kerja buat anak istri di rumah, yang penting bukan mencuri," tambahnya tersenyum.

Baca Juga: Unik! Bukan Cemara, Gereja Mewah di Tangsel Ini Buat Pohon Natal dari Sembako

Tak Kesulitan untuk Salat

Selama bekerja, Mantono tak merasa kesulitan untuk menjaga salat. Dia bisa salat di mana saja. Tapi dia juga menghargai tempat-tempat mana yang sangat dijaga oleh pihak gereja.

Di pastoran, Mantono bisa leluasa melaksanakan salat setiap waktunya. Terpenting, tempatnya bersih dan nyaman untuk beribadah kepada Allah SWT.

"Di sini banyak ada tempat buat dipakai salat, di kamar yang biasa digunakan untuk tamu itu juga boleh. Kalau shalat kan yang penting niatnya, tempatnya bersih sudah gitu aja. Semua tempat asal bersih, bisa shalat," ungkapnya.

Baca Juga: Gereja Santo Laurensius Batasi Jemaat Misa Natal, Lebih Sedikit dari Aturan Pemkot Tangsel

Meski hanya sebagai asisten rumah tangga, namun Mantono memiliki "keistimewaan". Dia diizinkan masuk ke area-area tertentu yang tidak bisa semua orang, termasuk pengurus gereja masuk jika tak ada kepentingan di pastoran.

Load More