SuaraJakarta.id - Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menyoroti fenomena ngabuburit saat Ramadhan. Ia menilai hal itu bisa berpotensi pada penyebaran Covid-19.
Ditambah lagi dengan pelonggaran-pelonggaran terkait PPKM di mana akan menambah besar kemungkinan interaksi yang terjadi.
"Bicara potensi penyebaran, sebetulnya ngabuburit itu orang bukan makan minum, yang terjadi orang banyak yang jalan berkerumun, yang tidak boleh itu kan berkerumunnya," kata dia, dikutip dari Antara.
Karena itu, menurut Dicky, harus ada pengaturan soal ngabuburit atau buka bersama itu seperti dilakukan di tempat yang luas atau luar ruangan.
"Orang jalan silakan, tetapi yang dikurangi adalah aktivitas terlokalisir itu," katanya.
Artinya yang harus dibiasakan adalah tetap memakai masker dan ini menjadi hal yang sangat penting.
Misalnya, ketika beli takjil, penjual berisiko lebih besar menularkan ketika tidak menerapkan protokol kesehatan. Apalagi jika belum divaksin.
"Karenanya minimal dosis dua vaksin sudah harus didapatkan," katanya.
Meski demikian, Dicky mengakui dalam masa Ramadhan dan Idul Fitri ini peningkatan kasus Covid-19 akan sulit untuk dihindari karena berbagai faktor yang ada.
Baca Juga: Bukan Cuma Ngabuburit, Warga Cianjur Biasa Lakukan Ini selama Bulan Suci Ramadhan
"Tapi mudah-mudahan tidak sebesar Lebaran sebelumnya karena orang yang divaksin jauh lebih banyak, ini pun dengan catatan tidak adanya varian baru yang bisa memperburuk," katanya.
"Saat ini yang dikhawatirkan hanya satu varian Covid-19, yakni BA2. BA2 ini cukup rawan terutama untuk lansia, komorbid dan immunocompromise yang menurun atau belum mendapatkan booster atau bahkan belum vaksinasi dosis kedua," katanya.
Di samping itu, ia menilai keputusan penutupan kantin saat pelaksanaan PTM 100 persen sudah tepat. Namun, ia khawatir siswa jajan di luar sekolah.
Dicky menyebutkan, jajan di luar sekolah bagi siswa akan lebih berisiko tertular Covid-19 karena lebih sulit diterapkan protokol kesehatan (prokes).
"Kalau di kantin semuanya sudah divaksin itu jauh lebih aman, kantin yang letaknya di dalam sekolah kan bisa menerapkan protokol kesehatan, justru yang di luar sekolah itu lebih sulit," kata Dicky.
Karena itu, menurut Dicky, tidak ada jaminan bahwa dengan kantin yang tidak buka menjadi lebih sedikit interaksi karena jajanan di luar sekolah itu lebih banyak.
"Jadi lebih banyak godaan dan tempatnya di luar," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Andrew Andhika Segera Nikah Lagi, Kantongi Restu Calon Mertua Meski Sempat Selingkuh
-
Muse Guncang Jakarta! 18 Tahun Penantian Terbayar Lunas dengan 'Hysteria' dan Pesta Rock Adrenalin
-
Alasan Netizen Kecewa dengan Reshuffle Prabowo: Ada Apa dengan Qodari dan Nasbi?
-
Tuduh Termul, Gus Nur Bandingkan Aturan Baru KPU Dengan Pelamar Kerja Bergaji UMR
-
Ngeri! Bus Transjakarta Hantam Bangunan di Cakung, Penumpang dan Warga Terluka