Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah | Ummi Hadyah Saleh
Rabu, 08 Juni 2022 | 23:18 WIB
Sejumlah menunggu kereta saat penerapan switch over (SO) ke-5 di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, Senin (30/5/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]

Idealnya, kata Deddy, perencanaan pelayanaan outcome hanya untuk kemudahan layanan penumpang bukan kepada layanan kemudahan operasi perkeretaapian.

"Harapan pengguna KRL bahwa layanan di Manggarai dikembalikan seperti sedia kala, yakni pengguna terbanyak dari Bogor/Depok bila mau ke Sudirman/Tanahabang tidak perlu transit. Kesuksesan transportasi umum adalah meminimalisasi transit bukan malah menambah transit," ungkap Deddy.

Apabila tetap tidak berubah pelayanan SO5 tersebut, maka lebih baik dengan kondisi eksisting saat ini di Manggarai, maka perbandingan perka antara KRL loop/feeder Angke/Tanahabang/Sudirman (dari Cikarang/Bekasi) dan perka Bogor/Depok adalah 1:1 sehingga ada jadwal KRL yang terintegrasi.

"Kalau jumlah sarana KRL masih terbatas paling tidak harapan perbandingannya 1:1,5. Jika perbandingan berimbang maka dipastikan tidak ada lagi penumpukan di Manggarai. Diharapkan lagi ada penambahan tangga untuk transit dari lantai 3 ke lantai 1 untuk kemudahan penumpang transit," kata dia .

Baca Juga: Stasiun Manggarai Kini Padat, Pemprov DKI Bakal Bahas Pembebasan Lahan dengan Pusat

Lebih lanjut, Deddy menuturkan jika lebih kreatif dalam desain stasiun, transit dapat dilakukan hanya dalam 1 peron. Yakni 1 peron dengan 2 jalur dengan lintas KRL berbeda tujuan untuk transit atau 1 jalur 1 peron dengan 2 lintas KRL tujuan yang berbeda untuk transit.

"Dalam desain seperti ini akan lebih memudahkan pengguna KRL dalam transit, sehingga tidak perlu repot bersusah payah naik turun lantai 1 dan 3 untuk transit," katanya.

Load More