SuaraJakarta.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyatakan tidak ada tenaga kesehatan (nakes) yang mengalami kelelahan mental selama pandemi COVID-19 melanda Ibu Kota. Ini berkat layanan pendampingan psikolog klinis yang kerap dilakukan.
"Sejauh ini tidak ada tenaga kesehatan yang mengalami gangguan mental atau kejiwaan ringan hingga berat," kata Kepala Bidang Kepala Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DKI Dwi Oktavia di Jakarta, Kamis (22/9/2022).
Dwi mengungkapkan sampai saat ini 22 puskesmas tingkat kecamatan di Jakarta sudah dilengkapi psikolog klinis. Lantas 22 puskesmas kecamatan lainnya memiliki tenaga pengelola program kesehatan jiwa.
Total di Jakarta saat ini memiliki 44 puskesmas tingkat kecamatan dan 301 puskesmas tingkat kelurahan.
Layanan psikolog klinis dan tenaga pengelola program kesehatan jiwa tidak hanya untuk tenaga kesehatan tetapi juga kepada masyarakat baik secara langsung maupun daring melalui program "Sahabat Jiwa".
Selama hampir 2,5 tahun pandemi COVID-19, sebagian besar nakes di DKI, kata dia, mengalami kecemasan dan kelelahan terutama ketika varian Delta pada Juli 2021.
Untuk mengatasi hal itu, lanjut dia, pihaknya memberikan layanan konseling untuk memotivasi hingga relaksasi untuk meredakan stres atau kelelahan baik yang dilakukan secara langsung atau daring.
"Ada sesi bagaimana tenaga kesehatan mengurangi kecemasan, relaksasi melalui aplikasi zoom, tentang teknik tarik nafas dan lainnya yang dilakukan psikolog, psikiater atau konselor yang membuat kelas daring," imbuhnya.
Pemprov DKI mencatat selama pandemi, sebanyak 37 nakes meninggal dunia karena terpapar COVID-19. Nama mereka kemudian diabadikan di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Phinisi di Karet Sudirman, Jakarta.
Baca Juga: Pemerintah Tak Ingin Tergesa-gesa Sampaikan Indonesia Bebas Pandemi Covid-19
Sebelumnya, berdasarkan penelitian yang dilakukan tim peneliti dari Program Studi Magister Kedokteran Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (MKK FKUI) menunjukkan fakta sebanyak 83 persen tenaga kesehatan di Indonesia pada 2020 telah mengalami burnout syndrome atau keletihan mental.
Adapun derajat keletihan mental itu dari sedang dan berat yang secara psikologis berisiko mengganggu kualitas hidup dan produktivitas kerja dalam pelayanan kesehatan.
Berita Terkait
-
Ulasan City of Ash and Red, Novel Thriller Psikologis yang Menyesakkan
-
Review Film Eddington: Paranoia Massal dan Satir Gelap Ala Ari Aster
-
KPK Usut Bansos Presiden: Berani Bidik 'Ikan Paus' Korupsi atau Berhenti di Eselon Bawah?
-
Asia Diguncang Covid-19: Bisakah Indonesia Pertahankan Status Aman?
-
Tingkatkan Kompetensi Nakes Hingga Area Terpencil, Lembaga Pelatihan Berbasis Digital Jadi Solusi
Terpopuler
- RESMI! PSSI Tolak Pemain Keturunan ini Bela Timnas Indonesia di Ronde 4
- 5 Mobil Bekas 60 Jutaan Muat Banyak Keluarga, Bandel dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- Jangan Lewatkan Keseruan JCO Run 2025, Lari Sehat sambil Dapat Promo Spesial BRI
- 21 Kode Redeem FF Hari Ini 23 Juli 2025, Kesempatan Klaim Bundle Player Squid Game
- Harga Mitsubishi Destinator Resmi Diumumkan! 5 Mobil Ini Langsung Panik?
Pilihan
-
Gawat! Mayoritas UMKM Masih Informal, Pemerintah Turun Tangan Selamatkan Ekonomi Daerah!
-
Kapan Final Piala AFF U-23 2025 Timnas Indonesia U-23 vs Vietnam?
-
Menang Adu Penalti, Timnas Indonesia U-23 Lolos Final!
-
Sama Kuat! Timnas Indonesia U-23 vs Thailand Berlanjut ke Extra Time
-
Mimpi Buruk Timnas Indonesia U-23 Itu Bernama Yotsakorn Burapha
Terkini
-
Transaksi QRIS Antar Negara via Livin by Mandiri Tumbuh 3 Kali Lipat, Mudahkan Nasabah
-
DJKI Menyatakan Streaming Pribadi Tidak Sah untuk Ruang Publik Komersial
-
Rekomendasi Aloe Vera Gel Murah dan Serbaguna untuk Perawatan Harian
-
Rekomendasi Cat Jotun untuk Kamar Mandi: Tahan Air, Anti Jamur, dan Mudah Dibersihkan
-
Makeup Tahan 16 Jam? Ini 5 Bedak Andalan untuk Pesta, Dijamin Bebas Kilap Seharian