Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Senin, 03 Oktober 2022 | 16:40 WIB
Dhani (kiri) dan ketiga kawannya foto bersama anggota Polres Probolinggo Kota yang ditugaskan di Malang. Dhani dkk merupakan korban selamat Tragedi Kanjuruhan. [Foto: TIMES Indonesia]

"Petugas dan penonton saling kejar di lapangan," terangnya dikutip dari Timesindonesia.co.id--jejaring Suara.com--Senin (3/10/2022).

Karena adanya saling kejar antara penonton dan aparat, jumlah Aremania yang turun ke rumput hijau pun semakin bertambah. Puncaknya, aparat kepolisian menembakkan gas air mata ke arah lapangan hijau dan tribun penonton.

"Gas air mata itu juga mengarah ke tribun tempat saya. Mata perih gak karuan. Akhirnya saya berupaya untuk segera meninggalkan stadion," kata dia.

Berdesakan Keluar Stadion

Baca Juga: Bersikeras Tetapkan Laga Kanjuruhan di Malam Hari, Akhmad Hadian Lukita Jadi Sosok yang Paling Disorot dalam Tragedi

Namun upaya Dhani dan ketiga kawannya untuk meninggalkan stadion tidak mudah. Ia harus berdesakan dengan penonton lain.

Tapi di tengah upayanya itu, ia masih sempat menolong penonton anak-anak agar bisa keluar terlebih dahulu.

Beruntung, Dhani, Nico, Wisnu dan Nurcahyo berhasil menyelamatkan diri dari bahaya kepulan asap gas air mata. Mereka kemudian menuju rumah kos seorang temannya untuk numpang bermalam, sebelum pulang ke Probolinggo pada Minggu siang.

Kini, Dhani sudah berkumpul bersama keluarganya di Kota Probolinggo. Tapi hatinya masih berkabung melihat banyak Aremania yang meninggal dalam Tragedi Stadion Kanjuruhan.

Ia berharap agar insiden Tragedi Kanjuruhan tidak terulang kembali di negeri ini, bahkan di belahan dunia lainnya. Karena menurutnya, sepakbola adalah hiburan rakyat. Hiburan bagi Aremania dan fans sepakbola lain di planet bumi.

Baca Juga: Soal Tragedi Kanjuruhan, Anggota DPR: Kalau Ada Kesalahan Bisa Dipidanakan

Load More