Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah | Novian Ardiansyah
Senin, 07 November 2022 | 15:08 WIB
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Jumat (14/10/2022) malam. [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]

SuaraJakarta.id - Anggota DPR Fraksi Partai Demokrat, Santoso meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengusut tuntas video viral pengakuan dari eks polisi, Ismail Bolong, setor uang ke miliaran ke petinggi kepolisian.

Meski video itu telah dibantah, namun Santoso melihat ada ketidakberesan. Sebab dalam video, Ismail Bolong menyeret nama Kabareskrim Komjen Agus Andrianto hingga Brigjen Hendra Kurniawan.

"Atas video Ismail Bolong yang menyatakan telah menyetor dana dari ilegal mining kepada Kabareskrim kemudian dibantah juga oleh yang bersangkutan, dengan alasan bahwa pernyataan di video itu dibuat atas tekanan dari Brigjen Hendra Kurniawan, menunjukan bahwa di tubuh korps baju cokelat memang tidak kompak sejak dulu," tutur Santoso kepada wartawan, Senin (7/11/2022).

Karena itu, anggota Komisi III DPR ini memandang perlu untuk Kapolri Sigit turun tangan mengusut apa yang terjadi.

Baca Juga: Setoran Tambang Ilegal Sampai Perang Bintang di Polri, Jatam Pastikan Bukan Barang Baru

"Kapolri jangan diam atas kasus ini. Kasus ini harus diusut agar apa yang terjadi sesungguhnya dapat diungkap secara transparan dan akuntabel," kata Santoso.

Di samping itu, Santoso menilai bukan tidak mungkin pengakuan Ismail Bolong merupakan bagian dari kotak pandora di tubuh Polri yang selama ini tertutup.

Kotak pandora perlahan mulai terbuka imbas kasus kematian Brigadir J yang melibatkan Ferdy Sambo dan beberapa anggota polisi dari berbagai pangkat dan jabatan.

Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Demokrat, Santoso. (Suara.com/Novian)

"Dengan adanya kasus Ferdy Sambo seperti terbukanya kotak pandora yang selama ini terkubur dengan rapi. Seperti peribahasa bahwa serapat-rapatnya bangkai ditutup baunya akan tercium juga," kata Santoso kepada wartawan, Senin (7/11/2022).

"Babak demi babak perilaku menyimpang oknum anggota Polri mulai dari yang paling bawah sampai dengan pati mulai terkuak," kata Santoso.

Baca Juga: Polri Masuk Peringkat Lima Polisi Terbaik di Dunia, Lemkapi: Jangan Membuat Berpuas Diri

Santoso mengatakan kemunculan video pengakuan dari Ismail Bolong jangan hanya dilihat bahwa telah terjadi persaingan di internal Polri. Namun harus melihat pokok dari persoalan.

Di mana Santoso menilai pokok persoalan ialah akibat banyaknya perilaku anggota Polri yang hedonis dengan hidup mewah san menggunakan barang-barang branded.

"Yang jika di-equivalance dengan penghasilan yang didapat tidak sesuai dengan gaya hidupnya," kata Santoso.

Sanstoto mengatakan gaya hidup memang urusan pribadi, namun jangan lupa sebagai aparat penegak hukum anggota Polri harus menunjukan perilakunya sesuai dengan jabatan dan penghasilan yang diberikan negara kepadanya.

"Sebagai bhayangkara negara dan aparat penegak hukum jika sudah tidak mengindahkan etika dan teladan lantas kepada siapa pengabdian itu diberikan dan hukum ditegakkan?" kata Santoso.

"Dengang makin banyaknya episode dalam tubuh Polri mulai dari peristiwa Ferdy Sambo, 303, Stadion Kanjuruhan, Teddy Minahasa dan Ismail Bolong, apakah rakyat akan menyaksikan lagi peristiwa penyimpangan yang dilakukan oleh oknum-oknum Polri?" sambung Santoso.

Load More