Scroll untuk membaca artikel
Fabiola Febrinastri
Jum'at, 09 Juni 2023 | 10:36 WIB
Ilustrasi kearifan lokal di Sigi, Sulawesi Tengah. (Dok: AGC)

SuaraJakarta.id - Upaya mendorong roda ekonomi dan menjaga kelestarian alam tidak bisa dilakukan dengan praktik bisnis konvensional. Akselerasi pertumbuhan ekonomi setelah perlambatan akibat Covid-19 dan bencana alam di Kabupaten Sigi, dan Provinsi Sulawesi Tengah membutuhkan keterlibatan dan kolaborasi berbagai pihak.

Pemerintah Kabupaten Sigi sadar betul bahwa untuk dapat mencapai semua target ini, pemerintah daerah tidak bisa berjalan sendirian. Maka Festival Lestari 5 diselenggarakan sebagai upaya kolaborasi multipihak dalam rangka membangun pertumbuhan ekonomi, di Kabupaten Sigi dan Provinsi Sulawesi Tengah.

Bupati Sigi, Mohamad Irwan Lapatta mengatakan, “Festival ini sebagai sebuah perayaan bersama untuk mengenal lebih dalam potensi alam, budaya dan masyarakat Sulawesi mencerminkan harapan bagi Kabupaten Sigi dan kabupaten lain di Provinsi Sulawesi Tengah Tengah sekaligus ajang tukar belajar inovasi pembangunan dan bisnis berbasis alam antara kabupaten anggota LTKL dan para jejaring mitra yang sejalan dengan prinsip pembangunan hijau."

Hal ini dikemukakannya dalam Konferensi Pers bersama media massa di Jakarta, (8/05/2023).

Baca Juga: Ruwatan Sumber Mata Air Owabong di Purbalingga, Ikhtiar Menjaga Kelestarian Alam Dalam Balutan Budaya

Irwan menambahkan, dengan memperkenalkan kekayaan potensi alam, dan budaya ini, Festival Lestari dapat membuka peluang terciptanya investasi lestari, yang mengedepankan aspek perlindungan ekosistem dan pemberdayaan masyarakat, sehingga roda ekonomi dapat berputar dan memastikan alam tetap terjaga.

Festival Lestari adalah agenda tahunan yang digelar oleh Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), kaukus pembangunan lestari di bawah Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI). Kabupaten Sigi dan Provinsi Sulawesi Tengah menjadi tuan rumah rangkaian kegiatan ini dan mengusung tema "Tumbuh Lebih Baik", agar dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi masyarakat di kawasan ini. 

Festival dapat menjadi salah satu strategi yang efektif sekaligus nyawa yang dapat menghidupkan ekosistem pariwisata, ekonomi kreatif dan industri kecil menengah di Kabupaten Sigi. Lewat festival ini, kolaborasi multipihak tercipta dan memperkenalkan kearifan lokal, budaya, potensi alam, hingga komoditas lokal yang dapat menjadi tumpuan ekonomi masyarakat.

Irwan mengatakan, sejak tahun 2020 Kabupaten Sigi sudah mulai bereksperimen dengan berbagai cara inovatif termasuk hilirisasi basis alam, yang dikembangkan secara kolaboratif bersama mitra dan orang muda daerah sebagai penggerak utama.

Tujuan pembangunan lestari ini bukan tanpa sebab, Provinsi Sulawesi Tengah memiliki Cagar Biosfer Lore Lindu, salah satu dari 19 cagar biosfer di Indonesia. Luas cagar ini mencapai 1,6 juta hektare. Peran dan fungsi cagar ini sangat strategis, sehingga membutuhkan model pembangunan berkelanjutan.

Baca Juga: 3 Pesan Moral Film Avatar: The Way of Water, Jagalah Kelestarian Alam!

Oleh karena itu, Festival Lestari juga menghadirkan Forum Bisnis dan Investasi Inovasi Berbasis Alam untuk membuka peluang kerjasama, dan kolaborasi multipihak untuk mendukung implementasi pembangunan lestari di Indonesia.

“Kami melihat potensi inovasi basis alam sebagai jangkar bagi pendekatan pengelolaan kawasan yang lebih lestari bagi Sulawesi Tengah, Indonesia, bahkan dunia. Jika kita bergotong royong, model ini bisa dikembangkan menjadi Kawasan Ekonomi Restoratif dalam konteks cagar biosfer yang membuktikan bahwa dalam kawasan tersebut lingkungan bisa dijaga secara konsisten dan masyarakatnya betul-betul sejahtera," tambah Irwan.

Forum Bisnis dan Investasi bertajuk Membuka Peluang Ekonomi Restoratif Cagar Biosfer di Sulawesi Tengah ini akan menjadi forum bisnis dan investasi pertama di Indonesia yang mengangkat inovasi dan solusi berbasis alam sebagai jawaban atas permasalahan krisis iklim dan praktik bisnis. Pendekatan ini sangat relevan dalam menghadapi isu-isu lingkungan yang mendesak saat ini.

Kepala Sekretariat LTKL, Gita Syahrani mengatakan, “Forum Bisnis dan Investasi untuk Inovasi Basis Alam ini digelar untuk mewujudkan pembangunan lestari, sebab dalam upayanya membutuhkan dukungan banyak pihak dari sisi teknis, investasi, transaksi dan pendanaan.”

Dalam forum ini, ada lima fokus prioritas yang akan dikembangkan, pertama pengembangan ekonomi berbasis multi usaha kehutanan. Kedua, peningkatan produktivitas komoditas perkebunan ekonomi berbasis dan agroforestri dengan praktek berkelanjutan. Ketiga, pengembangan industri hilirisasi berbasis alam menjadi produk bernilai tambah. Keempat, jasa ekosistem. Kelima, ekowisata.

Gita berharap, melalui forum ini dapat tercipta gotong royong sinergi dan kolaborasi antara sektor publik dan swasta dalam mewujudkan pembangunan lestari. Dalam kesempatan ini, ragam portofolio komoditas lestari, produk-produk UMKM lestari, dan konsep pitch di Kawasan Ekonomi Restoratif Sulawesi Tengah akan disajikan.

Load More