SuaraJakarta.id - Pemprov DKI Jakarta menyatakan wilayahnya tidak pernah terjadi kelangkaan elpiji 3 kg namun yang terjadi adalah kepanikan masyarakat sehingga terjadi aksi borong terhadap komoditi tersebut.
“Kemarin itu hanya terjadi panic buying di masyarakat karena aturannya berubah. Eceran enggak boleh jual lagi hanya pangkalan. Situasinya jadi ramai. Dulunya kan toko-toko termasuk minimarket beli kemudian dijual lagi, mereka kan cari untung juga,” kata Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi (Disnakertransgi), Hari Nugroho di Jakarta, Selasa (11/2/2025) seperti dimuat ANTARA.
Hari mengatakan meski kuota elpiji di Jakarta dikurangi sebanyak 5 persen yakni dari 433 ribu metik ton menjadi 409 ribu metik ton, namun stok di Jakarta masih aman dan belum sampai terjadi kelangkaan.
“Tapi nanti begitu terjadi kelangkaan, otomatis kan ada buffer stock (cadangan yang disimpan), kita bisa lakukan operasi pasar. Sebenarnya kelangkaan itu mungkin saja. Hanya saja saat ini belum,” kata Hari.
Namun, Hari mengatakan setelah Presiden Prabowo Subianto memerintahkan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia untuk mengaktifkan kembali pengecer gas elpiji 3 Kg, situasi di Jakarta kembali tenang.
Hari mengatakan hal ini disebabkan karena stok elpiji 3 kg sudah dijaga agar tidak terjadi kelangkaan.
“Begitu boleh, sekarang pengecer boleh, (situasi) adem. Nggak ada kelangkaan. Kenapa? Sudah dijaga stok, begitu ada kelangkaan, buffer stok, itu sudah langsung keluar dari situ. Nah sekarang mekanismenya, apakah harus ada buffer stok, apakah memang 500 kg, kita penuhi dulu deh. Per bulan kita bagi rata. Nanti seperti apa. Baru kita rundingkan lagi,” jelas Hari.
Sebelumnya, Plt Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekda DKI Jakarta Suharini Eliawati juga sudah mengatakan hal senada.
Dia memastikan bahwa tidak pernah terjadi kelangkaan gas di Jakarta.
Baca Juga: Persija vs Persib, Carlos Pena: Kami akan Kumpulkan Energi demi Raih Tiga Poin
“Saya sampaikan, tidak pernah terjadi kekurangan gasnya. Tetapi memang terjadi perubahan mekanisme, itu yang menyebabkan panic buying karena saat ke warung, tidak ada. Sehingga orang-orang yang harusnya membeli satu, kemudian mereka mencari ke warung-warung yang masih tersedia. Sehingga memang pada waktu itu terjadi stuck. Banyak yang ngantre, tapi kita bisa pastikan pada saat itu, agen maupun pangkalan itu tersedia,” kata Eli.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Rp80 Jutaan: Dari Si Paling Awet Sampai yang Paling Nyaman
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
- Timur Kapadze Tolak Timnas Indonesia karena Komposisi Pemain
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 19 Kode Redeem FC Mobile 5 Desember 2025: Klaim Matthus 115 dan 1.000 Rank Up Gratis
Pilihan
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
Terkini
-
10 Mobil Bekas Terbaik untuk Keluarga Muda: Jok Nyaman, Kabin Lega, Harga Bersahabat
-
Swiss-Belresidences Kalibata Hadirkan Suasana Neon Futuristik untuk Meriahkan Tahun Baru 2026
-
Turnamen Padel BSD City Jadi Magnet Artis: Gading Marten, Enzy, hingga Gisel Turun ke Lapangan
-
Studi Ungkap Bahaya Fatal Memberikan HP pada Anak di Bawah 12 Tahun
-
6 Mobil Bekas Fun to Drive untuk Weekend, Biaya Servisnya Tetap Ramah Dompet