Scroll untuk membaca artikel
Rully Fauzi
Rabu, 23 April 2025 | 07:37 WIB
Ilustrasi anak muda mengembangkan produk inovasi sepeda listrik. [dok.pribadi]

SuaraJakarta.id - Peran generasi muda dinilai krusial dalam mendorong percepatan transisi energi menuju ekonomi rendah karbon di Indonesia.

Tak hanya sebagai pengguna teknologi ramah lingkungan, anak muda kini mulai tampil sebagai inovator, edukator, hingga penggerak komunitas dalam ekosistem kendaraan listrik dan energi bersih.

National Project Manager ENTREV, Boyke Lakaseru menegaskan bahwa bonus demografi Indonesia harus dimanfaatkan untuk memperkuat agenda transisi energi nasional.

“Anak muda bukan sekadar penonton dalam transisi energi. Mereka bisa jadi pelopor perubahan, dari gaya hidup hingga pencipta teknologi,” ujar Boyke.

Baca Juga: Dukung Transisi Energi Nasional, Kredit Energi Terbarukan Bank Mandiri Melesat di Kuartal II 2024

Menurut Boyke, ENTREV yang merupakan kolaborasi antara UNDP dan Kementerian ESDM telah secara aktif melibatkan pelajar, mahasiswa, hingga komunitas kreatif dalam berbagai pelatihan dan kampanye kesadaran publik tentang kendaraan listrik.

Di Bogor, misalnya, sekelompok pemuda yang tergabung dalam komunitas Ecofun aktif melakukan edukasi keliling kota menggunakan sepeda listrik modifikasi.

Mereka menyasar pasar, sekolah, hingga kawasan pemukiman untuk memperkenalkan pentingnya transportasi ramah lingkungan.

Sementara itu, mahasiswa Universitas Pertamina menggelar “EV Week”, sebuah pekan kampanye tahunan tentang kendaraan listrik yang dikemas dalam bentuk diskusi interaktif, test ride, hingga workshop membangun charging station sederhana.

Agenda ini dirancang untuk membuka wawasan pelajar SMA dan mahasiswa dari kampus lain tentang pentingnya kendaraan listrik dalam konteks perubahan iklim.

Contoh lain datang dari Jawa Tengah, di mana sekelompok pemuda desa berkolaborasi dengan startup teknologi energi untuk mengembangkan motor listrik roda tiga.

Kendaraan ini digunakan oleh petani milenial untuk distribusi hasil panen dari ladang ke pasar tanpa menghasilkan emisi karbon. Gerakan ini tak hanya mendukung ekonomi desa, tetapi juga memperkenalkan teknologi bersih yang sesuai konteks lokal.

Boyke menekankan bahwa anak muda punya keunggulan adaptif dan kreatif yang sangat dibutuhkan dalam era transisi energi.

Namun ia juga mengingatkan perlunya dukungan nyata dari pemerintah dan sektor swasta agar kreativitas mereka tidak berhenti di tataran komunitas.

“Kalau kita bisa hubungkan inovasi anak muda dengan akses pelatihan, modal usaha, dan panggung di kebijakan publik, maka dampaknya bisa sangat masif,” tegasnya.

Melalui proyek ENTREV yang didukung oleh Kementerian ESDM dan UNDP, lebih dari 300 ribu orang diantaranya 80 ribu perempuan ditargetkan menerima manfaat hingga 2027, dan Boyke memastikan bahwa anak muda akan menjadi salah satu kelompok prioritas.

Generasi muda bukan penerus masa depan energi—mereka adalah penggerak utamanya hari ini,” ucapnya.

Dalam upaya menghadapi tantangan transisi energi global, peran generasi muda memang menjadi semakin krusial.

Mahasiswa dan profesional muda diharapkan tidak hanya menjadi pengguna energi di masa depan, tetapi juga menjadi agen perubahan yang aktif dalam menciptakan solusi energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Transisi energi global menuntut perubahan paradigma dalam cara kita memproduksi, mendistribusikan, dan mengonsumsi energi.

Generasi muda, dengan kreativitas dan semangat inovasi mereka, diharapkan dapat menjadi penggerak utama dalam menciptakan solusi-solusi baru.

Mereka tidak hanya perlu memahami teknologi energi terbarukan, tetapi juga harus mampu merancang kebijakan yang mendukung pengembangan energi bersih.

Salah satu tantangan terbesar dalam transisi energi adalah mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil sambil memastikan ketersediaan energi yang terjangkau dan andal.

Di sinilah peran generasi muda menjadi sangat penting. Dengan memanfaatkan teknologi digital, kecerdasan buatan, dan analisis data, mereka dapat mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan dan meningkatkan efisiensi energi.

Selain itu, generasi muda juga perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya energi bersih di kalangan masyarakat luas.

Sebagai informasi tambahan, ENTREV (Enhancing Readiness for The Transition to Electric Vehicles in Indonesia) sendiri adalah proyek kolaborasi antara UNDP (United Nations Development Programme) dengan Kementerian ESDM, Direktorat Jenderal GATRIK untuk membangun dan menguatkan ekosistem Electric Vehicle (KBLBB – Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai) di Indonesia.

Load More