Sebulan Ganjil-Genap Kendaraan Diklaim Sepi, Wagub: Banyak yang Kena PHK

Ada peningkatan 3,5 persen pengguna kendaraan umum.

Rizki Nurmansyah | Fakhri Fuadi Muflih
Jum'at, 04 September 2020 | 16:28 WIB
Sebulan Ganjil-Genap Kendaraan Diklaim Sepi, Wagub: Banyak yang Kena PHK
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria berbincang dengan Direktur Perumda Pasar Jaya Arief Nasrudin usai mengecek penerapan protokol kesehatan di Pasar Palmerah, Jakarta Barat, Sabtu (20/6/2020) (ANTARA/Laily Rahmawaty)

SuaraJakarta.id - Hari ini, Jumat (4/9/2020) tepat satu bulan kebijakan ganjil-genap kendaraan diterapkan di tengah pemberlakuan masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi.

Sejak aturan ganjil-genap itu diberlakukan, Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengklaim mobil yang melintas masih sepi.

Menurutnya hal ini disebabkan banyaknya pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Di samping itu, kata Wagub, ada juga pekerja yang diminta bekerja dari rumah atau work from home (WFH).

Baca Juga:Ganjil Genap saat Kasus Covid-19 Melonjak, Ferdinand PD: Pemikiran Sesat

Karena itu pergerakan masyarakat yang bepergian menggunakan kendaraan pribadi juga jadi berkurang.

"Kan yang naik kendaraan kan berkurang karena tidak bekerja karena WFH. Kita (juga) tahu kan yang kerja berkurang disebabkan di PHK, bekerja dari rumah enggak keluar," ujar Riza di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (4/9/2020).

Kebijakan ganjil-genap diterapkan di tengah pandemi disebutnya karena demi mengurangi aktivitas warga.

Beda dengan sebelum Corona menyerang. Tujuan regulasi ini untuk mengalihkan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum.

Kendati demikian, ia tak memungkiri ada peningkatan pengguna angkutan umum 3,5 persen berdasarkan data Dinas Perhubungan DKI Jakarta.

Baca Juga:Karyawan Protes PHK, Dirut Transjakarta: Mereka Lakukan Pelanggaran Berat

Namun, kata Riza, harus ditelusuri lebih dulu apa penyebabnya.

"Bisa saja ada peningkatan karena ada yang kembali kerja, ada keperluan, kita cek apakah ada korelasinya (dengan peningkatan pengguna angkutan umum)," jelasnya.

Selain itu, jumlah pengguna angkutan umum juga bisa terjadi karena kesulitan ekonomi.

Masyarakat lebih beralih dari kendaraan pribadi yang notabene menghabiskan ongkos lebih banyak.

"Bisa saja peningkatan disebabkan ekonomi memburuk pendapatan orang, yang tadinya naik mobil berpikir ulang lebih hemat naik umum," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak