Kusnandi mengungkapkan pengujian uji klinis terdapat 2 kelompok, ada yang mendapat plasebo ada yang mendapat vaksin.
![Petugas kesehatan memberikan pengarahan dan evaluasi kepada relawan saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020). [ANTARA FOTO/M Agung Rajasa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/08/06/75935-simulasi-vaksin-covid.jpg)
Uji klinis ini dilakukan dengan prinsip observer blind atau tersamar, sehingga tidak diketahui mana yang dapat plasebo dan mana yang dapat vaksin.
Pada yang mendapat vaksin, kekebalan diharapkan paling cepat 2 minggu pasca suntikan kedua.
Pihaknya juga menghimbau kepada para relawn untuk tetap menjaga protokol kesehatan.
Baca Juga:Pakar Virologi: Mutasi Virus Corona Tak Pengaruhi Keampuhan Vaksin
“Untuk itu semua sukarelawan tetap dihimbau wajib menerapkan protokol pencegahan yang sudah dianjurkan pemerintah. Sukarelawan uji klinik masih akan dipantau kesehatannya selama 6 bulan pasca suntikan terakhir,” ungkapnya.
![Relawan menjalani pemeriksaan kesehatan saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020). [ANTARA FOTO/M Agung Rajasa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/08/06/13721-simulasi-vaksin-covid.jpg)
“Uji klinis ini masih panjang jalannya, agar kita bersama-sama dapat menjaga privasi dari sukarelawan,” tambahnya.
Sementara itu, Koordinator Lapangan Uji Klinis Vaksin Covid-19, Eddy Fadlyana mengungkapkan bahwa setelah relawan terpapar Covid-19, proses pemantauan sebagai relawan masih akan terus dilakukan.
Ia memastikan bahwa hal tersebut tidak akan mengganggu proses rangkaian uji klinis terhadap relawan tersebut.
“Masih jadi relawan vaksin Covid-19, iya tidak mengganggu,” ungkapnya.
Baca Juga:Virolog Optimis Vaksin Tetap Efektif Meski Ada Mutasi Virus Corona