TMII Jadi Kuburan Hidup Seniman karena PSBB Total Anies, Kreativitas Mati

Kini mereka menggantungkan hidup dari sumbangan masyarakat.

Pebriansyah Ariefana
Selasa, 29 September 2020 | 10:07 WIB
TMII Jadi Kuburan Hidup Seniman karena PSBB Total Anies, Kreativitas Mati
Sejumlah pengunjung menaiki wahana sepeda air saat berlibur di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Kamis (20/8/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

SuaraJakarta.id - Para seniman di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) menjadi korban PSBB total Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Para seniman tidak mempunyai pendapatan tetap.

Kini mereka menggantungkan hidup dari sumbangan masyarakat.

Selama ini penghasilan mereka untuk menyambung hidup praktis bergantung kepada donasi sejak Pemprov DKI Jakarta menutup tempat hiburan selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

"Teman-teman melaksanakan konser virtual dengan berbagai tajuk dan cara untuk donasi, tetapi kan seniman semestinya tidak harus bekerja dengan cara donasi konser," kata Koordinator Seniman Tari dan Musik Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Armen, Selasa (29/9/2020).

Baca Juga:Ini Tiga Lokasi Isolasi Terkendali Pasien Covid-19 yang Dipilih Anies

Sejumlah pengunjung menaiki wahana sepeda air saat berlibur di  Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Kamis (20/8/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Sejumlah pengunjung menaiki wahana sepeda air saat berlibur di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Kamis (20/8/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

PSBB yang diterapkan secara terus menerus telah menutup ruang kreativitas seniman dalam berkarya untuk memperoleh penghasilan.

Penutupan sementara kawasan wisata TMII sebagai upaya mencegah penularan COVID-19 nyatanya menjadi 'kuburan hidup' bagi Armen dan ratusan rekan seprofesinya.

"TMII misalnya, PSBB berlanjutan membuat aktivitas kami mati, TMII sekarang seperti kuburan hidup bagi kami, aktivitas mati karena dikontrol petugas," ujarnya.

Sejumlah pengunjung menaiki wahana sepeda air saat berlibur di  Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Kamis (20/8/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Sejumlah pengunjung menaiki wahana sepeda air saat berlibur di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Kamis (20/8/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Satu-satunya peluang mencari pendapatan, kata Armen, hanya melalui konser virtual yang memanfaatkan fasilitas media sosial dengan mencantumkan permintaan donasi.

Armen mengatakan konser tidak seharusnya digelar dengan donasi, sebab seniman harus berkarya.

Baca Juga:Dokter Tirta Habis-habisan Kritik PSBB Total Anies, Sampai Curiga Politis

"Bagi saya agak malang juga seniman lakukan itu (donasi melalui konser virtual). Takutnya kalau COVID-19 selesai, seniman akan ke bawa terus dengan kebiasaan itu. Sedangkan seniman itu berkaitan dengan mempertahankan marwah budaya," katanya.

Sejumlah pengunjung bersantai saat berlibur di  Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Kamis (20/8/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Sejumlah pengunjung bersantai saat berlibur di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Kamis (20/8/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Donasi yang terkumpul melalui konser virtual pun terkadang tidak sesuai harapan untuk bisa memenuhi kebutuhan dasar anggota.

"Tapi saya tidak bisa salahkan teman-teman, sebab pergerakan kita memang sudah tidak ada lagi. Donasi itu memakan waktu dan tenaga, malah kadang ada, kadang tidak pemasukan," ujarnya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini