Keseluruhan bangunan berjumlah sembilan buah dengan tujuh buah bangunan terkonsentrasi di sisi selatan pulau dan dua buah bangunan di sisi utara pulau.
![Barak Militer Jepang di Pulau Sangiang, Banten. [Dok. BPCB Banten]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/10/03/85768-barak-militer-jepang-di-pulau-sangiang.jpg)
Tinggalan arkeologis berikutnya adalah bekas helipad. Kondisinya saat ini tertutup oleh rumput dan pepohonan.
Helipad yang ada berjumlah dua titik, yakni di daratan Pulau Sangiang sisi barat dan utara.
Di Pulau Sangiang ini juga ditemukan sebuah prasasti dengan huruf kanji pada sebuah batu.
Baca Juga:DPR Pastikan Tak Ada Pangkalan Militer Asing di RI
Menurut seorang arkeolog Jepang, prasasti itu berbunyi "Genjumin romusha no hi".
Artinya kurang lebih hari peringatan untuk pekerja kasar pribumi.
Jika dikaitkan dengan aktivitas Jepang pada masa itu dapat berarti prasasti itu merupakan sebuah peringatan untuk para pekerja paksa (romusha) yang didatangkan oleh Jepang ke Pulau Sangiang Banten dalam rangka pembuatan bungker-bungker tersebut.