"Kebijakan berjalan seiring sekalian sehingga efektif," jelasnya.
Tak hanya faktor pandemi yang membuat mobilitas masyarakat berkurang, Syafrin menyebut kebijakan integrasi transportasi massal juga membuat kemacetan berkurang.
Masyarakat Jakarta diklaimnya kini banyak beralih menggunakan kendaraan umum ketimbang pribadi.
"Selain itu juga fokus pada integrasi angkutan umum melalui program JakLingko dan Penataan Kawasan Stasiun serta mengedepankan prinsip kolaborasi dengan Masyarakat langsung dalam setiap kegiatan," pungkasnya.
Baca Juga:Soroti Aliran Dana Formula E di Jakarta, Ferdinand Minta Anies Transparan
Diberitakan sebelumnya, DKI Jakarta dinyatakan telah keluar dari Top 10 Kota Termacet di Dunia versi TomTom Traffic Index.
Dari 416 kota, Jakarta kini menempati peringkat ke 31 dengan tingkat kemacetan mencapai 36 persen.
Berdasarkan laman TomTom, Jakarta sudah masuk 10 Besar Kota Termacet di Dunia sejak 2017.
Berawal dari peringkat keempat, lama kelamaan angkanya membaik jadi urutan tujuh di 2018, 10 saat 2019 dan terakhir tahun 2020 peringkat ke-31.
Baca Juga:Wagub DKI Puji Anies Setelah Jakarta Keluar dari Kota Termacet di Dunia