SuaraJakarta.id - Bencana hidrometeorologi seperti banjir yang terjadi Indonesia merupakan akumulasi permasalahan tata ruang yang terjadi dalam waktu lama.
Hal itu disampaikan pakar dan juga Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB, Prof. Hariadi Kartodiharjo.
Pernyataan itu disampaikan Hariadi dalam diskusi virtual tentang permasalahan tata ruang di balik banjir berulang, Kamis (28/1/2021).
"Ini sebenarnya adalah perubahan yang sifat dasarnya tidak seketika," kata Hariadi dilansir dari Antara.
Baca Juga:82 Wilayah Rawan Banjir, Pemprov DKI Hanya Fokus Benahi 34 Kelurahan
Hariadi mengatakan, permasalahan tata ruang bisa terjadi bertahun-tahun, melampaui sifat dasar kepemimpinan.
Implikasinya adalah berbagai faktor tersebut dikontestasikan jika terjadi bencana, berbagai pihak akan saling lempar tuduhan.
Padahal menurut dia, karakteristik dari lokasi bencana tersebut sangat spesifik. Sehingga apa saja bisa berpengaruh di sana.
"Yang penting saya kira belum diungkap di media juga adalah sifat akumulasinya. Jadi ini bukan tunggal tapi terakumulasi dari waktu ke waktu," paparnya.
Hariadi menganalogikan bencana banjir seperti penyakit jantung bukan bawaan, di mana kebanyakan terjadi seketika.
Baca Juga:Status Siaga, Warga DKI Diminta Waspada Cuaca Ekstrem hingga 2 Februari
Namun, memiliki periode yang panjang dan dipengaruhi berbagai faktor gaya hidup.
Menurut Hariadi, salah satu cara mencari jalan keluar dari permasalahan bencana banjir adalah dengan keterbukaan informasi akan sektor tata ruang.
Hal itu karena permasalahan bencana berulang akibat faktor aktivitas manusia, tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak saja.
"Ini persoalan sulit karena dampak-dampaknya melampaui pertanggungjawaban kerja kita. Yang kita rusak sekarang dampaknya bisa 10 tahun lagi. Tapi cara-cara kelembagaan sebenarnya sudah ditemukan untuk memastikan bagaimana itu dikendalikan," tegasnya.