SuaraJakarta.id - Kondisi Muhamad Falih Akmar, balita penderita Hidrosefalus di Kota Tangerang Selatan hingga kini bikin hati pilu.
Di usianya yang masih satu tahun, dia harus menahan sakit-sakitan akibat banyak cairan yang membuat kepalanya membesar.
Kini, hidupnya pun masih bergantung pada selang yang terpasang di dalam tubuhnya untuk membuang cairan yang ada di kepalanya.
Tak jarang, Akmar merintih menangis kesakitan akibat selang tersebut.
Baca Juga:Derita Hidrosefalus, Bayi 2 Bulan di Tualang Butuh Donasi untuk Pengobatan
Akmar merupakan anak kedua dari pasangan Septian Prasetya (28) dan Yani Supriyani (22).
Balita malang ini menderita Hidrosefalus itu sejak dalam kandungan usia 7 bulan. Akibatnya, dia harus dilahirkan lewat caesar.
Pada November 2020 lalu, Suara.com mendatangi kediamannya di Setu, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Hingga saat ini, Akmar pun belum mendapat bantuan dari Pemerintah Kota Tangsel.
Ayah Akmar, Septiyan Prasetya mengaku, hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan bantuan sepeser pun dari Pemkot Tangsel untuk biaya pengobatan Akmar.
Baca Juga:Kondisi Bayi Pengidap Hidrosefalus Ini Bikin Iba
"Kalau dari pemerintah belum ada bantuan sampai sekarang. Terakhir November itu ada Pak Camat sama Lurah datang, jenguk doang, sampai sekarang belum ada lagi," kata Septiyan melalui WhatsApp, Rabu (10/2/2021).
Kini, Septiyan pun hanya bisa berpasrah dan bersyukur menikmati keadaan keluarganya saat ini.
"Gapapa lah rezeki mah ada aja. Ahamdulillah buat anak mah," ungkapnya pasrah.
Sementara itu, Septiyan pun saat ini masih mengandalkan profesinya sebagai kuli serabutan dengan penghasilan tak menentu.
Itu dia lakoni untuk menyambung hidup, lantaran kesulitan mencari pekerjaan dengan penghasilan tetap.
Sedangkan untuk pengobatan Akmar, dia mengandalkan dari BPJS Kesehatan. Akmar menjalani pengobatan di RSUP Fatmawati Jakarta.
Sebelumnya diberitakan Suara.com, berat badan saat Akmar lahir itu sekira 4 kilogram dengan ukuran kepala membesar hingga 68 sentimeter.
Septian, ayah dari Akmar mengatakan, saat lahir kondisi anak laki-lakinya itu badannya kurus dan kepalanya besar.
Dia pun tak tega melihat anaknya harus menderita seperti itu.
"Sedih banget lah, namanya juga orang tua. Pas lahir badannya kurus, kepalanya besar. Gak tega lihatnya," kata Septiyan ditemui di kontrakannya, Rabu (21/10/2020).
Setelah lahir dengan operasi caesar, Akmar kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Dalam masa perawatan tersebut, Akmar dipasangi selang untuk membuang cairan yang ada di kepalanya selama beberapa bulan dan menjalani perawatan mandiri di rumah.
Tetapi, karena semakin memburuk, Akmar kemudian dirujuk lagi ke RSUP Fatmawati untuk mendapatkan perawatan intensif.
"Akmar dirujuk karena ada saluran selangnya yang tersumbat dan membuatnya kejang-kejang kesakitan. Jadi kita bawa lagi ke RS," ungkap Septiyan.
Akmar, harus menjalani perawatan di RSUP Fatmawati selama dua bulan penuh.
Beruntung, selama perawatan tersebut menunjukkan perkembangan baik dan pada 22 September lalu Akmar dibolehkan pulang dan melakukan perawatan mandiri di rumah.
Selama perawatan itu, Yani dan Septiyan mengandalkan biaya dari BPJS Kesehatan. Meskipun tak semua obat-obatan ditanggung.
Harga obat-obatannya bervariasi, mulai dari Rp 85 ribu sampai paling besar Rp 600 ribu.
"Kalau dihitung-hitung mah, sudah habis banyak buat biaya si dede. Tapi mau gimana lagi, berapa pun demi kesembuhan si dede ya Insya Allah dipenuhi. Alhamdulillah, rezeki mah ada aja," ungkapnya.
Untuk biaya pengobatannya, Septiyan mengaku hanya bisa mengandalkan bantuan dari ibu dan mertuanya.
Septiyan berharap, anak laki-lakinya itu bisa sehat dan normal seperti anak lainnya.
"Harapan utamanya si dede bisa sehat seperti kakaknya dan anak-anak kecil lainnya," pungkasnya.
Kontributor : Wivy Hikmatullah