"Jujur saya pernah mencoba bunuh diri," beber Dina.
Hingga suatu hari, Dina pun sadar bahwa apa yang telah terjadi pada dirinya semuanya telah diatur oleh sang Maha Pencipta.
Karena itu, Dina memilih berdamai dengan dirinya sendiri dan juga berdamai dengan peristiwa ledakan bom.
"Saya sadar bahwa kejadian saat itu pasti ada hikmahnya dan obat sesungguhnya adalah diri kita sendiri," ujar Dina.
Baca Juga:Kisah Korban Bom Teroris Jakarta dan Surabaya : Marah dan Luka, Tapi Mau Memaafkan
Dina bisa bercerita ke publik terkait peristiwa bom Thamrin yang dialaminya, setelah lima bulan menjalani perawatan.
Satu minggu setelah kejadian, dia pernah diundang di salah satu program televisi. Kondisi tubuhnya gemetar dan ketakutan.
"Waktu itu kondisi saya masih gemetar. Saya harus didorong-dorong," ucap Dina.
Rasa trauma yang selalu menghantui berhasil ditaklukkan setelah Dina berjuang dengan keras untuk memaafkan pelaku teroris yang meledakan bom tersebut.
![Aksi tabur bunga di lokasi ledakan bom bunuh diri di depan Starbucks, Jalan M. H. Thamrin, Jakarta Pusat [suara.com/Bagus Santosa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2016/01/15/o_1a9252967158vc56f381m7b9mba.jpg)
Dina mengucapkan rasa terima kasih kepada para pelaku karena berkat mereka, dia bisa menjadi lebih kuat sampai sekarang.
Baca Juga:Bali Jadi Kota Mati, Pandemi Covid-19 Lebih Dahsyat dari Bom Bali
"Saya memaafkan pelaku walaupun susah. Untuk bisa menjalani hidup sampai sekarang. Saya tidak dendam dengan mereka karena itu beban dan saya tidak mau bawa beban. Prinsipnya, memaafkan adalah obat yang paling mujarab," tutur dia.