Sejarah Tambora, Kampung Padat Penduduk Sering Kebakaran

Ada 2 kisah asal usul Tambora.

Pebriansyah Ariefana
Minggu, 30 Mei 2021 | 12:05 WIB
Sejarah Tambora, Kampung Padat Penduduk Sering Kebakaran
Pemukiman padat di Tambora, Jakarta Barat. (BBC Indonesia)

SuaraJakarta.id - Sejarah Tambora Jakarta dan asal usul Tambora. Tambora, salah satu kawasan padat penduduk di Jakata yang sering kebakaran.

Tambora merupakan kecamatan yang terletak di kota Jakarta Barat, Tambora menjadi kawasan paling padat se-Asia Tenggara dengan jumlah penduduk sekitar 273 ribu dengan luas wilayah 542 km persegi.

Meskipun bukan kawasan rawan banjir, tetapi daerah Tambora cukup rentan dengan kebakaran, sumber air di kawasan ini cukup jauh serta jalan yang sempit kadang menyulitkan petugas kebakaran untuk memadamkan si jago merah ini.

Meskipun demikian Tambora memiliki sejarah panjang hingga kehadirannya kini. Masjid Tambora yang terletak di Jalan Bandongan Masjid Nomor. 11 , Tambora Jakarta Barat yang menjadi cikal bakal daerah ini bernama Tambora.

Baca Juga:11 Kisah Tragis Kebakaran Pasar Senen dari 1974 sampai 2021

Masjid yang di bangun sekitar abad ke-17 ini didirikan oleh dua orang kiai yang berasal dari Nusa Tenggara Barat, sehingga masjid ini dinamakan sama dengan sebuah gunung yang ada di daerah Sumbawa yaitu gunung Tambora. Nama Jl lokasi berdirinya masjid juga diubah guna menghormati jasa mereka.

Kawasan Rw.07, Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat, Kamis (14/5/2020). (Suara.com/Bagaskara)
Kawasan Rw.07, Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat, Kamis (14/5/2020). (Suara.com/Bagaskara)

Sejarah pendirian masjid Tambora ini pun memiliki beberapa versi. Versi pertama yaitu masjid Tambora dibangun sebagai ungkapan syukur KH Moestodjib dan Ki daeng setelah menjalani lima tahun kerja rodi, dikarenakan memberontak pemerintah kolonial Belanda saat itu.

Setelah mengakhiri hukuman kerja rodinya kedua ulama ini akhirnya menetap di Angke Duri, dan berkenalan dengan ulama setempat.

Namun setelah KH Moestodjib wafat kepemimpinan mesjid beralih kepada Imam Saiddin. Setelah itu terjadi beberapa pergantian kepemimpinan masjid Tambora ini dan pada 1959 didirikan Yayasan masjid Tambora untuk merawat tempay ini hingga kini.

Sedangkan versi kedua tentang sejarah dibalik pembangunan masjid ini adalah KH Moestodjib dan kawan Tionghoanya yang dibebaskan oleh pemerintahan kolonial Belanda karena tuduhan yand dilimpahkan ini tidak terbukti, sehingga sebagai gantinya pemerintah kolonial memberikan sebidang tanah kepada mereka.

Baca Juga:Update 29 Mei: Tambah 807 Pasien, Kasus Covid-19 di Jakarta Jadi 428.269

Anggapan lain dari seorang penulis, Adolf Heuken yang berpendapat bahwa "Kadang H. Moestodjib dianggap dua orang, kadang hanya satu".

Penampakan permukiman warga RW 07 Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat. (Suara.com/Bagaskara).
Penampakan permukiman warga RW 07 Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat. (Suara.com/Bagaskara).

Persepektif lain dari berdirinya perkampungan Tambora, terkait dengan peran para pangeran asal Sumbawa dan Gowa dalam membantu pemberontakan Trunajaya 1677-1679.

Diketahui kesutanan Bima memiliki hubungan erat dengan kesultanan Gowa di Makassar. Seorang pangerang dari kesultanan Bima yaitu Nuruddin bersama laskar Gowa membantu pasukan Trunajaya untuk memerangi Amangkurat I dan Amangkurat II di Mataram yang berada di pihak VOC.

Sempat mengalami kekalahan, laskar Nuruddin bergabung dengan Sultan Ageng Tirtayasa di Banten, namun anak kerajaan Banten berkhianat akhirnga Nuruddin bersama 19 anggota laskarnya ditangkap oleh Belanda.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini