Kito Rato, Kopi Racikan 3 Pemuda Disabilitas di Tangsel yang Menginspirasi

"Disabilitas bukan batasan tapi suatu kelebihan yang diberikan kepada orang-orang terpilih."

Rizki Nurmansyah
Minggu, 13 Juni 2021 | 09:00 WIB
Kito Rato, Kopi Racikan 3 Pemuda Disabilitas di Tangsel yang Menginspirasi
Sebuah mobil Volkswagen antik disulap menjadi kedai kopi Kito Rato di Jalan Masjid Nomor 78 RT 6 RW 10, Ciater, Serpong Kota Tangerang Selatan (Tangsel). [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]

SuaraJakarta.id - Dengan ruang gerak yang terbatas, para disabilitas di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) berupaya melampaui batas. Disabilitas tak jadi pembatas. Justru pelecut semangat agar bisa hidup setara dan berkarya seperti orang non-disabilitas.

Para disabilitas yang berjuang melawan realitas itu mencoba setara dengan menjalankan bisnis kopi. Kedai kopi pun mereka rintis dan kembangkan yang diberi nama Kito Rato.

Kedai kopi itu dirintis oleh Rahmat Susanto (29), Muhamad Rizki (23) dan Rendy (26). Ketiganya merupakan penyandang disabilitas.

Mereka bersama-sama merintis kedai kopi Kito Rato di bawah naungan comunnity hub disabilitas Kita Setara. Kopi Kito Rato telah dirintis sejak tahun 2019. Satu hal yang 

Baca Juga:Mendadak Jadi Sales, Mensos Risma Lelang Dagangan Penyandang Disabilitas

Uniknya usaha kopi itu bukan di pertokoan. Melainkan, di dalam mobil Volkswagen antik yang didesain untuk kedai kopi.

Mobil tersebut sudah dimodifikasi sedemikian rupa menjadi dapur kopi. Mereka mendapatkan fasilitas itu berkat bantuan dari community social respon (CSR) sejumlah perusahaan.

"Jadi semuanya berawal dari Comunnity Hub punya kelompok disabilitas bernama Kita Setara. Di sana, semua disabilitas sama-sama punya semangat untuk memperjuangkan kesetaraan bahwa kita sama. Jadi kita ingin setara akhirnya tercetuslah Kito Rato saat itu," kata Rahmat mulai cerita saat ditemui SuaraJakarta.id.

Menuju Kesetaraan

Rahmat menerangkan, kopi dipilih menjadi pilihan usaha lantaran mengikuti tren dan dianggap potensial. Pasalnya, pada 2019, kecintaan masyarakat terhadap kopi seolah meningkat seiring dengan tumbuh subur kedai kopi dengan berbagai khas tersendiri.

Baca Juga:Detik-Detik Longsor di Tangsel, Terdengar Suara Gemuruh, Warga Ketar-ketir

"Waktu itu kopi sedang digandrungi. Kebetulan (kami) semua suka kopi, terbentuklah Kito Rato ini. Tak hanya sekadar usaha, tapi juga sebagai wadah memperjuangkan kesetaraan. Seperti semangat yang kita usung dengan kopi kita setara," ungkap Rahmat.

Nama Kito Rato memiliki arti kita setara, diambil dari bahasa Melayu. Alasannya, lantaran mereka bertiga berasal dari Sumatera.

"Kita ambil dari bahasa Melayu Sumatera karena semua disabilitas ini dari Sumatera. Saya dari Bangka Belitung, Rizki dari Aceh, Rendy dari Riau Pekanbaru. Artinya 'kita setara," paparnya.

Ketiganya, merupakan alumni pelatihan vokasi disabilitas di Cibong, Bogor berbeda angkatan. Meski sempat bekerja di perusahaan, tapi mereka akhirnya memutuskan untuk resign dan jualan kopi.

"Semangat kita semangat setara, menuju kesetaraan. Mereka awalnya bekerja. Karena darah Sumatera jiwa berdagang, akhirnya mereka resign dan memilih usaha akhirnya tercetus Kito Rato," paparnya.

"Kita pikir, kalau kita bisa buat kopi dengan kondisi kita seperti ini, bisa jadi sebuah inspirasi. Dan itu menjadi menu andalan kami, kopi susu inspirasi," sambung Rahmat.

Rahmat Susanto tengah membuat satu cup Kopi Susu Inspirasi hasil racikannya di kedai Kito Rato. [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]
Rahmat Susanto tengah membuat satu cup Kopi Susu Inspirasi hasil racikannya di kedai Kito Rato. [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]

Modal Nekat

Pria 29 tahun berambut klimis itu mengaku, awal merintis usaha kopi Kito Rato hanya modal nekat.

Pasalnya, semua disabilitas yang tergabung dalam Kito Rato tak punya kemampuan meracik kopi seperti barista di kafe kopi. Hal itu menjadi salah satu tantangan bagi mereka.

"Kita modal nekat, diawal nggak tahu apa-apa soal kopi. Belajar otodidak dari YouTube segala macam, kita berani nekat dan buka. Awalnya biji kopi kita rebus, disaring, diseduh dan dijual. Diawal kita cuma tahu itu," katanya sambil tersenyum mengingat awal merintis Kito Rato.

Seiring berjalan waktu, usaha mereka dilirik berbagai pihak. Mereka akhirnya mendapat ilmu-ilmu meracik kopi yang nikmat. Bahkan, sebagian dari mereka kini sudah memiliki sertifikasi sebagai barista kopi.

Seiring itu pula, kehadirannya ternyata diterima kalangan pecinta kopi. Mereka pun mendapat apresiasi.

"Sejauh ini, nggak ada yang memandang kita sebelah mata. Malah mereka kadang ngasih support, mereka malah penasaran. Kita merasa mungkin jadi inspirasi di tengah keterbatasan karena disabilitas bisa buka usaha kopi," ungkapnya bangga.

Sebelum Covid-19 melanda, Kito Rato cukup digandrungi bahkan hingga memiliki 5 unit VW antik sebagai dapur kopi. Mereka mengandalkan event-event besar.

Tetapi, sejak pandemi mereka terpaksa menutup tiga tempat usahanya karena tak lagi bisa bertahan. Terkini hanya tersisa dua unit dapur kopi VW.

Untuk bertahan, mereka harus memutar otak agar kopi tetap bisa kejual, menghasilkan cuan dan menginspirasi. Salah satunya dengan beralih ke online.

"Semenjak Covid-19 kita hanya mengandalkan jualan bukan dari event. Benar-benar harus putar otak, nggak bisa jual offline. Kita jual online pakai GoFood dan Tokopedia," paparnya.

Berkarya dan Menginspirasi

Mereka, membuka usaha kopi bukan semata-mata mencari keuntungan. Tetapi, melalui kopi, para disabilitas itu ingin menunjukkan bahwa dengan keterbatasan, mereka tetap bisa berkarya bahkan menginspirasi.

"Lakuin terus apa yang kamu bisa, jangan hanya meratapi. Berjuang dengan apa yang kamu bisa. Gagal coba lagi. Karena disabilitas bukan batasan tapi suatu kelebihan yang diberikan kepada orang-orang terpilih," katanya teguh.

"Jadi terus berusaha, jangan putus asa. Kami bisa, apakah kalian nggak bisa? Jadi pasti bisa kan! Kita sama-sama bisa kok, nggak ada yang nggak bisa," kukuh Rahmat sambil menunjukkan kopi inspirasi racikannya.

Sementara itu, Muhamad Rizki mengaku senang menjalani bisnis kopi Kito Rato. Terlebih dirinya termasuk pecinta kopi.

"Lebih happy. Karena suka ngopi juga. Jadi dulu suka kopi, sekarang akhirnya bisnis kopi," ungkapnya.

Rahmat Susanto dan Muhamad Rizki, penyandang disabilitas di Tangsel yang menjajaki bisnis kopi Kito Rato. [Suara.com/Wivy Hikmatullah]
Rahmat Susanto dan Muhamad Rizki, penyandang disabilitas di Tangsel yang menjajaki bisnis kopi Kito Rato. [Suara.com/Wivy Hikmatullah]

Harga Kopi Kito Rato

Kopi Kito Rato memiliki basecamp yang disebut Kampus Kita Setara di Jalan Masjid Nomor 78 RT 6 RW 10, Ciater, Serpong Kota Tangerang Selatan. Terkini mereka hanya mengoperasikan dua dapur kopi VW.

Satu standby di basecamp dan satu lagi mangkal di Ruko Granada Square Ciater Serpong.

Sementara itu, minuman yang dijajakan beragam mulai dari racikan kopi tubruk, americano, longblack hingga espresso.

Bagi penyuka minuman es juga tersedia kopi susu inspirasi yang jadi menu andalan Kito Rato. Sedangkan bagi penyuka minuman asam manis segar, bisa mencicipi minuman racikan yakult dan buah-buahan. Soal harga bervariasi, mulai dari Rp 8 ribu hingga Rp 20 ribu.

Kontributor : Wivy Hikmatullah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini