“Jadi pas saya kasi tahu mama, beliau kaget. Terus bertanya, kamu siap? saya jawab, siap tidak siap harus siap, saya jawab begitu,” ucapnya.
Pada saat itu pula, dia mencoba meyakinkan orang tuanya, hingga mendapatkan restu. Namun Ranni dipesankan untuk tidak salah niat dengan pilihannya tersebut. Dalam arti niatnya memang harus membantu orang lain, bukan karena dasar adanya imbalan.
“Jadi hal yang paling ditekankan juga, jangan sampai salah niat. Jadi memang di rumah itu yang selalu diingatkan keluarga,
apalagi yang dalam tugas ini saya menangani mereka yang sudah tidak bernyawa,” ujar Ranni.
Sementara itu kepada keluarga besarnya, Ranni sempat merahasiakan selama tiga minggu bertugas sebagai relawan.
Hingga suatu waktu ada salah satu keluarganya, melihat Ranni turun dari ambulans diantar usai bertugas.
Baca Juga:Kematian Meningkat, Satgas Desa Ikut Bantu Pemakaman dan Pemulasaraan Jenazah Covid-19
Kebetulan tempat tinggalnya berdampingan dengan rumah keluarga besarnya. “Karena sudah ketahuan akhirnya saya jujur, mungkin juga sudah waktunya mereka tahu,” katanya.
Tak disangka pilihannya mendapatkan dukungan. Keluarga besarnya tidak mempermasalahkan pilihan yang diambilnya, bahkan saat akan berangkat tugas, ia selalu diingatkan untuk menjaga kesehatan.
“Mereka mendukung, selalu ingatkan jaga kesehatan, minum vitamin,” tuturnya.
Rani menceritakan, dari banyak jenazah yang ditangani, membuatnya semakin mengingat kematian. Tugasnya ini memacu dirinya untuk meningkat ibadah kepada Tuhan.
Sebab kematian itu bisa saja terjadi padanya, tanpa mengenal waktu dan tempat.
Baca Juga:Muncul Kasus Kematian Covid-19 Saat Isoman, BPBD DIY Buka Layanan Pemulasaraan Jenazah
“Jadi pelajaran yang saya dapat. Di mana pun, kapan pun, berbuat baik saja. Kita enggak tahu mati kapan, di mana, siapa
yang mengurus. Do Your Best. Jangan sampai menyakiti orang,” ujar Ranni.